Senin, 11 Oktober 2010

BUAYA DARAT : AMFIBI DAN LELAKI ?

Laporan FGD tentang BUAYA DARAT : Binatang Amfibi atau Bukan ?

oleh Iwan Gunawan pada 11 Oktober 2010 jam 15:50
Secara biologis buaya merupakan binatang amfibi, hidup di dua alam yaitu darat dan air. Berbeda dengan ikan yang hidup hanya di air saja, atau kucing yang hidup di darat saja, bahkan anti air. Namun demikian, tentu saja kita akan terheran dengan istilah "Buaya Darat", apakah "Buaya Darat" termasuk binatang amfibi ? ‌ (Sabtu pukul 6:25)

Naz Sha Morry, Titie Athiya, Delima De Wilde Sri dan Helwatin Najwa,
Arif Budiman Pinem dan
Ningrum Oei.
  • Sutarto H Darmono bukan ampibi itu...klo buaya lbh ganas di air drpd di darat, buaya darat sebaliknya lbh ganas di darat...
  • Hendrik Abung Somantri kalo buaya darat bukan amfibi mas....tp 'hewan ambisi'.....
  • Agus Tianur Ba'ashen kalo buaya darat malah bisa hidup di empat alam..darat laut, udara dan akhir ini juga bisa mereka masuk di dunia maya terbukti sudah banyak yg jadi korbannya..

Bapak Tarto sebagai pengamat binatang ganas, melihat bahwa buaya darat merupakan binatang darat sejenis buaya yang keganasannya setara dengan buaya amfibi di air. sementara mas Hendrik hampir senada berpendapat bahwa buaya darat bukan amfib...i dan memiliki keganasan yang disebut dengan ambisi. Pandangan yang cukup kontroversi dikemukakan oleh mas Agus, bahwa buaya darat bukan hanya binatang amfibi akan tetapi juga hidup diudara (mungkin yang dimaksud adalah jaringan hp) dan juga dunia maya (bukan berarti maya rumantir, tetapi maya jaringan komunikasi internet). namun demikian, ada kesamaan pandangan dengan bapak Tarto dan mas Hendrik, bahwa budaya darat memiliki sifat untuk memangsa kurban.Untuk sementara disimpulkan bahwa budaya darat adalah binatang pemangsa kurban yang ganas. persoalannya adalah apa atau siapakah atau binatang apakah mangsa dari buaya darat ? hehehe ...
  • Helwatin Najwa yang menjadi pertanyaan apakah buaya bisa menangis sehingga ada istilah air mata buaya?
Melalui pertanyaan bu Helwa persoalannya kembali ke buaya, dimana keganasan buaya [pertanyaan kurang clear, apakah yang dimaksud buaya amfibi (buaya air), atau "buaya darat"] yang memiliki kebiasaan menangis mengeluarkan air mata buaya ?
  • Helwatin Najwa sepertinya buaya darat, krn buaya air tdk ketahuan kapan menangisnya..kan dia di air
  • Sutarto H Darmono air mata buaya bkn karena menangis...cm klilipen itu..
  • Rina Серова IvaRksd iya bisa hidup dgn banyak wanita kayaknya jenis amfibi juga he he
Merujuk pada pandangan bu Helwa, maka sesungguhnya buaya darat merupakan buaya yang memiliki kebiasaan menangis dengan mata air buaya. namun demikian, pandangan pak Tarto menjadi persoalan saat dinyatakannya menangis klilipen, mungkinkah d...alam klilipen seekor buaya mengeluarkan air mata ? klilipen dan air mata merupakan suatu gejala yang kontradiktif, kecuali kemudian memiliki suatu penjelasan yang rasional dan sekaligus faktual, dimana memang ada klilipen sesekor buaya darat disertai dengan air mata. adakah faktanya ?Pendapat mbak Rina, nampaknya memberikan penguatan terhadap pendapat mas Agus, bahwa sesungguhnya "buaya darat" hidup di air. pendapat mbak Rina termasuk juga menjawab pertanyaan siapa kurban dari buaya darat yang kemudian dijawabnya adalah wanita. pandangan mbak Rina, dimungkinkan cukup dipengaruhi oleh lirik wulan kwok dari lagunya yang berjudul Lelaki Buaya Darat. Secara jelas pandangan ini menyiratkan bahwa buaya darat hanya satu jenis kelamin, yaitu laki-laki. sebab, tidak mungkin wanita sebagai korban menjadi korban wanita. atau alias jeruk makan jeruk. namun itu, kemungkinan apapun bisa terjadi, selama mendapatkan penjelasan yang rasional dan juga fakta-faktanya.
  • Helwatin Najwa kita selesaikan saja masalah airmata buaya dgn sentuhan kadal, hehe..
  • Hendrik Abung Somantri ‎"buaya" itu jenis kelaminnya perempuan lah....klo yang jenis kelamin laki2 "Paaya" namanya...wkwk..
Hal yang cukup berat untuk mendapatkan kesamaan sisi dalam pandangan, adalah pendapat bu Helwa. pandangan yang melihat buaya darat semata-mata hidup di darat berhadapan dengan : pertama, pendapat mas agus dan mbak Rina dimana sesungguhnnya ...buaya darat, tidak hanya hidup di darat tetapi juga di air. dan kedua masalah air mata buaya yang berhadapan dengan Pak Tarto, yang melihat airmata buaya sebagai hasil klilipen bukan menangis. tentu saja, bu Hllwa berusaha mencari terobosan baru untuk memecahkan masalah ini yaitu dengan mengemukan solusi atas perbedaan pandangan ini, dimana air mata buaya hampir bisa dianggap sepadan dengan sentuhan kadal. solusi tersebut, sebenarnya sudah hampir mencapai penyelesaian. namun demikian, tiba-tiba muncul pandangan yang cukup mengejutkan dimana Hendrik memiliki argumen yang cukup mengena, bahwa ternyata buaya darat, bukan lelaki. tetapi perempuan, setara dengan kata buaya itu sendiri, diawali dengan kosa kata "bu" yang merupakan bentuk panggilan terhadap perempuan dewasa.
  • Hendrik Abung Somantri ‎"Buaya" memang perempuan...klo yg jenis laki2 "hidung belang"....xixix.
  • Agus Tianur Ba'ashen karena harga kulit buaya relaif mahal dan menjadi salah satu komoditas ekspor, maka buaya buaya tersebut perlu di ternakan dan dikembangbiakan..
  • Helwatin Najwa hahaha...
Nampaknya pandangan Mas Hendrik agak lebih terbuka dan berusaha untuk semaksimal mungkin berpijak pada konstitusi bahasa yang ketat.Dan saya rasa akan membuahkan kesimpulan-kesimpulan yang jernih tanpa prasangka. Melalui kajian kosa kata, d...isimpulkannya bahwa buaya darat adalah perempuan (dewasa), namun itu meskipun ia seorang lelaki tulen tidak ada sedikitpun untuk menutup "keganasan" lelaki yang berperilaku sama dengan buaya darat, dengan menyebutkan bahwa sejenis laki-laki "buaya darat" adalah "hidung belang".
Di sela-sela diskusi yang semakin hot ini, rupanya bu helwa kurang konsen, karena pandangannya terlalu jauh meloncat ke depan. dan terus berkutat dengan gagasan yang sedang diolahnya tentang " sentuhan kadal". terinspirasi oleh gagasan mas Agus mengenai kulit buaya yang bernilai eksport tinggi, bu Helwa nampaknya lebih melihat bahwa kulit kadal lebih prospek daripada kulit buaya, sebagaimana sebuah gagasan kreatif selalu membuahkan keriangan maka muncullah, kata "AHAA" yang menunjukkan bahwa ada gagasan brilian yang sangat berharga.
Selanjutnya, mas Agus yang mencoba menyimak secara perlahan-lahan diskusi mulai memikirkan potensi buaya sebagai komoditas eksport. dimana kulit buaya memilki nilai jual yang relatif besar yang bisa jadi nilainya sanggup melampaui dari nilai keuntungan Migas, atau bisa kita katakan potensi ekspor non-migas. namun sayang mas Agus lupa bahwa diskusi ini sedang membahas "buaya darat" bukan buaya (air). pertanyaannya apakah kulit "buaya darat" memiliki nilai kesport yang tinggi ?
  • Titie Athiya tapi beda sama kucing Aku dia berani air, cos sering saya mandiin....hehehehe
  • Helwatin Najwa mungkin karena kekerabatan antara sesama reptil maka sentuhan kadal pun dpt menjadi solusi, asal jangan dikadalin..mengingat bhw hal2 yg berkenaan dgn reptil ini persepsinya sering negatif
Komparasi kucing dan buaya sebagai binatang yang memiliki perbedaan habitat, ternyata dipersoalkan oleh mbak Titie, seorang penyayang kucing yang perfeksionis. Ia mengemukakan fakta yang merupakan pengalaman pribadinya, dimana kucing yang s...ecara umum dianggap tidak suka air, tapi dalam pengalaman mbak Titie kucing justru suka mandi, apalagi dimandiin mbak Titie. Namun, itu ada masalah yang perlu dikupas dari sisi konstitusi bahasa, bila ada kucing yang sedang dimandiin, apakah disebut "kucing mandi" atau "mandi kucing". saya rasa kesimpulan dari pakar konstitusi bahasa, bisa memberikan pemahaman baru mengenai hubungan antara "buaya darat", "hidung belang", "sentuhan kadal", dan nilai eksport kulit "buaya darat".
namun, itu sesungguhnya, bu Helwa nampaknya lebih fokus ke persoalan binatang reftil yang lebih besar mudharatnya. meski mudharat tetapi di dalam kadal sebagai salah satu binatang reptil memiliki manfaat yang tinggi, mungkin bisa juga memiliki nilai eksport, yaitu "sentuhan kadal" sebagai sebuah solusi atas persoalan manusia.
  • Hendrik Abung Somantri : kesimpulannya adalah,,,,,itu semua bukan masalah.yang jd persoalan sekarang adalah...'keong racun',sinta n jojo menyebutkan,bahwa laki-laki adalah keong racun.darimana dia tau kalo keong adalah berjenis kelamin laki2!!! apakah keong racun l...ebih berbahaya daripada buaya darat,kadal,kucing dll.ini dari setiap bahasan diatas adalah semua hewan merayap dan merangkak.jd,jangan disamakan dengan manusia.karena manusia kalo jalan berdiri (red).kecuali orang yang senang merayap,merangkak dan telungkup,maka itulah reptil.(jaka sembung bawa kapak,nyambung apa tidak tuh).

Pembahasan diskusi untuk menemukan jawaban apakah "buaya darat" binatang amfibi atau bukan, serta karakternya, ternyata tidak bisa hanya didekati dari "kacamata kuda". namun itu perlu terus menggali gejala dan karakter binatang lainnya. Dal...am konteks ini ternyata buaya darat merupakan jenis dari reptil yang sejenis dengan kadal dan keong racun. ada dua hal yang menjadi kontroversi dari pandangan mas Hendrik, yaitu : 1) penolakan keong racun sebagai laki-laki, dan 2) bahwa semua hewan merangkak, sehingga manusia tidak bisa dikategorikan hewan.
Sebagai moderator saya belum mendapatkan argumen yang jelas penolakan dari mas Hendri dimana keong racun ada juga yang perempuan. berbeda dengan pendapatnya mas hendri bahwa "buaya darat" adalah perempuan, bagi saya pendapat ini sangat tepat dan mengena dari segi argumentnya karena berpijak dari konstitusi bahasa. dalam kaitannya dengan manusia, pendapat mas hendri berhadapan dengan teori darwin bahwa pada awalnya manusia adalah binatang merangkak. hanya kemudian melalui evolusi manusia kemudian suka ereksi, sehingga menjadi Phytecantropus erektus. sebutan sebagai binatang merangkak bahkan dikenali oleh para ahli politisi bahwa manusia adalah homo homini lupus (singa). namun itu, ada sisi positif dari manusia yang unggul, kandungan kadalnya yang bisa dianggap sebagai solusi, melalui sentuhan kadal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar