Ada Katak, di Senayan ?
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR, Nudirman Munir mengatakan, studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan. BK dijadwalkan melawat ke Yunani dalam rangka studi banding.
Ia berpendapat, pengalaman melihat praktik BK di luar negeri akan memberikan wawasan dan membuat anggota Dewan tak menjadi "katak dalam tempurung". "Ke luar negeri itu wajib. Agar kita tidak katak dalam tempurung," ujar Nudirman, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/10/2010).
Apa saja yang akan dipelajari di Yunani? Dikatakan Nudirman, banyak hal yang akan dipelajari. Diantaranya mengenai etika perilaku anggota Dewan dan tata beracara BK di negara tersebut. "Kita ingin tahu apakah kalau ada laporan terhadap anggota yang juga dilakukan anggota Dewan harus menunggu Pimpinan DPR? Ini terkait kasus kita yang terakhir, ada laporan terhadap Pimpinan DPR," terang Nudirman.
Ia melanjutkan, hal lain adalah mengenai etika perilaku anggota Dewan setempat. "Misalnya, tentang anggota yang merokok. Kita akan lihat bagaimana dunia mengatur anggota parlemen yang merokok. Kemudian soal pakaian, kalau kita kan diatur, bagaimana di negara orang. Soal cara ngomong juga, bagaimana. Apakah cukup dengan mengangkat tangan, kemudian bicara, atau seperti apa," paparnya.
Ketika ditanya, apakah hasil studi banding akan menghasilkan revisi atas aturan-aturan BK, Nudirman menjawab, "Iya lah, nanti akan ada perubahan," katanya.
• Frans. Nadeak Alasan sering tidak rasional
• Panzer Nuwun Sewu Bawa payung gak kang...?
• Hendrik Abung Somantri
'katak dalam tempurung'...tidak tepat untuk wakil kita,,yang tepat itu 'kura-kura' mengapa demikian.kita telusuri dulu sipat kura2,kalo dia ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang keras itu,dia kalo jalan tidak b...isa cepat,mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,bertelur menggali lubang dulu,,,sekarang wakil kita. wakil kalo ada yang cuap2,protes,unjuk rasa,aspirasi rakyat yang merugikan dia.dia berlindung di balik cangkang(gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,).pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya(sidang sambil bo2,,,).sekarang sering ditemuka wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang.wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,)dari publik.
apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2!.... maaf kalo ada yang tersinggung...ini hanya argumen saya. namanya org awam politik,wajar kalo salah ngomong.orang pintar saja kalo ngomong salah2......
studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani untuk belajar kode etik terkesan seperti bagi-bagi jatah perjalanan ke luar negeri.
Hal ini setidaknya secara implisit terungkap dari pengakuan Wakil Ketua DPR RI Priyo ...Budi Santoso, yang juga politisi Partai Golkar, kepada para wartawan, Kamis (21/10/2010) di Gedung DPR RI.
"Kami tidak punya wewenang banyak untuk mencoret rencana kunjungan kerja ke luar negeri. Terlebih kalau ternyata seumur-umur badan tersebut belum pernah kunker ke luar negeri, sementara komisi lain sudah pernah. Pimpinan (DPR) juga takkan enak hati menolaknya," ujarnya.
Wah, itu bagi-bagi jatah dong? "Ya, pada intinya, kami dari pimpinan tidak boleh semena-mena untuk membatalkan tanpa alasan yang legal dan berrdasarkan kepatutan. Mereka belum pernah kunjungan ke luar negeri. Pastilah kalau Anda di posisi pimpinan, Anda juga merasa tak enak hati," sambung Priyo lagi.
Namun, sambungnya, pimpinan telah memberikan catatan agar BK harus mengungkapkan maksud dan tujuan kunker ke luar negeri di depan publik melalui pers.
Mereka juga diminta mengumumkan hasil kunker sepulang ke tanah air. "Ini catatan yang kami berikan dengan tinta emas, perak atau tinta merah," tegas Priyo.
• Hendrik Abung Somantri tu kan
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, yang mengizinkan Badan Kehormatan DPR melakukan kunjungan kerja ke Yunani, mengatakan, rencana tersebut tak mungkin dibatalkan. Menurut rencana, BK DPR akan bertolak ke Yunani pada har...i Sabtu mendatang.
"Kami tidak dalam posisi membatalkan. Kami apresiasi masukan masyarakat, tetapi masalah etika mungkin hal yang spontan tanpa mengurangi TOR (term of reference). Kunjungan ke luar negeri sangat diperlukan," kata Taufik kepada para wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Taufik tak menyangkal bahwa dirinya yang memberikan izin atas rencana kunjungan kerja tersebut. Namun, politisi Partai Amanat Nasional ini mengatakan, izin tersebut diberikan setelah ada rapat pimpinan DPR.
"Prinsipnya, ini hasil rapat pimpinan. Sebelum berangkat, kami sudah meminta harus ada jumpa pers untuk menyampaikan TOR dan hasilnya setelah kunjungan kerja," katanya.
Hingga H-2, BK DPR belum menyampaikan agendanya secara terbuka kepada publik. Belum jelas kapan agenda tersebut akan diumumkan kepada publik. Padahal, hal ini adalah persyaratan yang diajukan pimpinan DPR.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Anis Matta, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, mengaku mendukung rencana kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani.
BK, yang berangkat pada hari Sabtu mendatang, mengaku ...hendak belajar etika dari Yunani. Anis mengakui bahwa adanya potensi ketidakefisienan dan ketidakefektifan pada kunjungan kerja BK ke Yunani.
"Namun, saat ini kunjungan kerja adalah satu-satunya cara. Belum ada substitusinya," ujarnya kepada para wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Dikatakan Anis, saat ini DPR belum memiliki infrastruktur legislasi yang berbasis riset. Akibatnya, dalam proses penyusunan perundang-undangan, para anggota DPR banyak melakukan benchmarking, atau imitasi dan modifikasi produk legislasi dari negara lain yang lebih maju.
"Ke depan, DPR akan membangun infrastruktur law center dan riset sehingga rencana kunjungan kerja ke luar negeri dapat dikurangi," ujar Anis singkat.
Iwan Gunawan
Selamat siang semuanya, terima kasih teman teman memberikan koment atas note di atas, walau sesungguhnya itu bukanlah merupakan tulisa saya akan tetapi saya menyuguhkan sebagai bahan sharing saja, sambil mengisi waktu. namun mudah-mudahan h...al itu bisa bermanfaat.
terus terang saja, saat kata "Katak" terbaca, saya sampai ini belum begitu faham perbedaan kata "katak" dengan "kodok", jenis katak yang pertama kali saya tahu adalah apa yang disebut "bangkong" dalam bahasa sunda. dan saat saya kecil tentu saja saya belum mengenal apa yang beberapa tahun kemudian saya tahu bahwa ada apa yang disebut "bangkong sawah". Katak sebagai bangkong yang pertama kali saya tahu adalah katak yang biasanya ada di halaman rumah. berwarna hijau tua, agak mengerikan. dan juga berbintik-bintik menonjol semacam jerawat di pipi manusia "jerawatan".
Dalam hal ini. meski persoalan ini kecil, tetapi bagi saya merupakan hal penting agar bisa teridentifikasi, dimana dengan identifikasi itulah kita bisa memberikan sebuah pemaknaan pada sesuatu hal.
setidak-tidaknya ada dua persoalan mengenai kata "katak" dan "kodok" yang bisa saya kemukakan: pertama, apakah memang kata "katak" dan "kodok" menunjuk pada satu jenis binatang saja. ataukah memang secara nyata "katak" dan "kodok" itu berbeda.Kedua, jika kedua kata itu sebenarnya menunjuk pada jeinis binatang yang sama, lalu bisakah kata "katak" di dalam kalimat pengibaratan "bagai katak dalam tempurung" diganti dengan " bagai kodok dalam tempurung" tapi saya kira, sedikiti orang mengucapkan kalimat itu, bahkan mungkin teman-yeman belum pernah mendengarnya. Mungkin juga pernah mendengar, akan tetapi bisa jadi dia lupa-lupa pada pengibaratan itu. Dal hal lupa ini, bisa jadi dalam bayangan pengujarnya, kata "katak" dan "kodok" merupakan sesuatu hal yang sama. Dalam hal ini, saya merasa senang, bila ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai adanya dua kata "katak" dan "kodok" ini.
"Alasan sering tidak rasional", kata bung Frans memberikan Koment atas perilaku anggota parlemen yang saat ini sedang merencakan untuk melaksanakan sebuah kehenda pergi ke Yunani dalam rangka belajar etika. Lalu kehendak siapakah kegiatan ...untuk melaksanakan studi banding tersebut ? apakah kehendak rakyat ataukah kehendak pribadinya ? Tentu saja, bila dilhat dari koment bung Frans, bahwa kehendak itu tidak rasional dalam arti masuk akal "rakyat banyak".
Dalam hati saya rencana itu memang tidak masuk akal. Memang pada sesungguhnya kita perlu untuk mengenal budaya bangsa lain, juga termasuk peradaban teknologinya. Namun itu, apakah untuk belajar etika tidak ada cara lain yang lebih "adil dan bijaksana", seperti dengan mengundang para ahli etika yang cukup banyak di Indonesia. apalagi bila hanya untuk belajar perkara atau soal aturan berpakaian dan juga aturan cara ngomong. sebagaimana dikemukakan salah seorang anggota dari Badan Kehormatan sebagaimana di atas.
Tentu saja, kita merasa sangsi, akan kehormatan diri dari para anggota wakil kita di atas. Namun itu, saya merasa perlu untuk berhati-hati agar tidak terjebak pada suatu vonis yang tidak berdasar. Dalam hal ini saya melihat bahwa koment Kang Panzer perlu saya maknai (wah serius amat nikh saya) apa maksudnya dari kalimat "Bawa payung gak kang...?". namun itu saya mencoba untuk menempatkan kata payung tersebut sebagai "payung hukum". karena ini nampaknya, bahwa sebagaimana dikatakan oleh anggota BK-DPR tersebut bahwa "studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan". kalau sudah wajib tentu saja kita tida bisa menolak dengan mudah, karena betatapun tidak tepatnya alasan tersebut, melalui perlindungan "payung hukum" yang ada bisa menjadi sah. walau sesungguhnya kita tidak setuju, tetapi ketidak setujuan tidak cukup untuk bisa mencegah rencana kepergian tersebut.
Terus terang saya tidak tahu, seberapa besar kekuatan kewajiban untuk melakukan sebuah studi banding di dalam hukum atau peraturan kita. Namun itu saya berharap bahwa kelak, bila memang aturan tersebut itu tidak bisa diganggu gugat, kelak aturan yang "sia-sia" tersebut dihapuskan.
Iwan Gunawan
• Melihat dari adanya gejala apa yang disebut oleh Bung Frans dimana wakil kita cenderung punya "Alasan sering tidak rasional", maka bagi kang Abung identifikasi diri yang dikemukkan oleh sang anggota BK-DPR tersebut 'katak dalam tempurung'......adalah tidak tepat. Namun, bagi kang Abung yang lebih tepat adalah 'kura-kura'. Kang Abung menegaskan dengan memaparkan lebih lanjut mengenai sipat kura-kura yang diantaranya adalah :
1. kalo ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang kerau.
2. kalo jalan tidak bisa cepat,
3. Mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,
4. untuk bertelur menggali lubang dulu,,,
sifat-sifat tersebut diindikasikan sedang diidap wakil kita. dimana wakil kalo ada yang cuap2, protes, unjuk rasa,i aspirasi rakyat yang merugikan dia. dia berlindung di balik cangkang (gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,). atau jarang yang mau untuk langsung berdialog dengan mereka yang unjuk rasa.
selain itu dinilainya juga bahwa pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya (sidang sambil bo2,,,). Juga ditegaskan kang Abung bahwa sekarang sering ditemukan wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang. juga wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,) dari publik.
Namun itu, meski begitu jelas dipaparkan dan dalam hal ini menarik bagi saya dimana kang Abung masih merasa belum yakin sehingga kemudian ia bertanya "apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2 ? dan juga sekaligus mohon maaf karena merasa awam mengenai politik.
Bagi saya, apa yang terungkap dari pandangan kang Abung, merupakan sebuah realitas yang dimiliki banyak orang, bahwa begitu banyak hal yang tidak "adil dan bijaksana" berjalan di negeri ini, namun tak kuasa untuk menghadapinya. Meski kini alam demokrasi memberikan ruang bagi setiap orang, berhak untuk melakukan unjuk rasa, namun dalam kenyataannya tidak semua orang merasa sanggup untuk melakukannya. dimana banyak pertimbangan yang bisa dikemukakan. Dalam hal ini keteladanan merupakan harapan besar rakyat agar bisa dilakukan oleh para pemimpin. meski hal ini, memang agak sulit diharapkan, akan tetapi kebanyakan orang adalah semacam itu. buka persoalan ganti kekuasaan saja, tetatpi yang ebih utama adalah akhlaq atau perilaku atau etika para pemimpin kita.
Hal ini menjadi ironis, disaat rakyat membutuhkan dialog yang santun dan akrab dengan wakilnya, namun pada sisi lain, wakil kita dengan begitu ambisinya mengatakan bahwa "studi banding adalah wajib bagi anggota Dewan". sebetulnya lebih wajib manakah antara belajar etika ke Yunani dengan kewajiban untuk melakukan dialog dengan rakyat yang diwakilinya.
Tentu saja hal ini akan menjadi persoalan baru dikelak kemudiaan hari saat-saat mereka kembali ke negeri sendiri, sebab dalam kenyataannya sebagaimana dikatakan kang Abung
"studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20."
Benarkah niat "membangun negeri" di dalam benak para anggota dewan kita, diletakan secara sungguh-sungguh dan tertanam dalam sebagai hasrat mencintai rakyat yang diwakilinya ?
salam untuk semuanya...
makasih.