Sabtu, 13 November 2010
PIDATO OBAMA
Assalamuallaikum, Salah sejahtera.
Terima kasih kepada Universitas Indonesia beserta staf, mahasiswa dan Bapak Gumilar Rusliwa Somantri atas keramahan kalian. Terima kasih atas sambutan luar biasa ini. Terima kasih warga Jakarta dan terima kasih warga Indonesia.
Pulang kampung nih.
Saya sangat senang bisa ke Indonesia bersama Michelle. Kami mengawali tahun ini dengan buruk tetapi saya tetap bersikukuh untuk mengunjungi sebuah negara yang besar artinya bagi saya. Sayangnya, kunjungan ini sangat singkat. Tapi saya sedang berencana untuk kembali setahun mendatang saat Indonesia menjadi tuan rumah East Asia Summit (Forum Pertemuan Asia Timur).
Sebelum saya melangkah lebih jauh, saya ingin mengatakan bahwa saya bersimpati dengan warga Indonesia yang mengalami bencana tsunami dan letusan gunung berapi, terutama bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya ataupun mereka yang terlantar. Saya ingin anda tahu bahwa Amerika Serikat (AS) selalu berdiri bersama Indonesia dalam menangani bencana alam seperti ini dan kami senang karena bisa memberikan bantuan yang dibutuhkan. Sebagai tetangga, kita harus saling membantu terutama kepada keluarga-keluarga yang terlantar. Saya tahu kekuatan yang bangsa Indonesia miliki akan membuat bangsa ini mampu melewati semuanya, seperti yang pernah mereka tunjukkan dahulu.
Saya akan memulai dengan sebuah pernyataan sederhana: Indonesia adalah bagian dari saya. Pertama kali saya datang ke negeri ini adalah saat ibu saya menikah dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Sebagai anak kecil, saya datang ke sebuah dunia yang berbeda tapi orang-orang Indonesia dengan cepat membuat saya merasa tinggal di rumah sendiri.
Jakarta sekarang jelas sangat berbeda dengan saat saya kecil dulu. Saat itu, Jakarta hanya memiliki sedikit gedung-gedung tinggi. Kembali ke 1967-1971, saat itu Hotel Indonesia adalah salah satu dari sedikit gedung tinggi yang ada di Jakarta dan hanya ada satu department store yaitu Sarinah. Becak dan bemo adalah kendaraan automotif yang ada saat itu. Jumlah jalan raya kalah dengan jumlah jalanan tidak beraspal dan jalan kampung.
Kami tinggal di Menteng Dalam, di sebuah rumah kecil yang di depannya ada pohon mangga. Saya belajar bagaimana mencintai Indonesia dengan cara bermain laying-layang sambil menyusuri sawah, menangkap capung serta membeli sate dan bakso dari penjual keliling. Saya masih ingat bagaimana memanggil penjualnya: Bakso! Sate! Enak, ya? Namun hal yang sangat penting bagi saya, orang-orang di Jakarta menyambut kami seperti seorang tetangga. Serta, bagaimana guru-guru kami yang membantu kami belajar tentang dunia yang lebih luas.
Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa serta suku dari berbagai wilayah dan kelompok etnis. Pengalaman di Indonesia banyak membantu saya untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan seluruh bangsa. Seperti kebanyakan warga Indonesia, ayah saya dibesarkan sebagai seorang muslim. Dia sangat percaya bahwa semua agama harus dihargai. Dalam hal ini, dia merefleksikan semangat toleransi beragama yang terabadikan dalam UU di Indonesia. Nilai itu pulalah yang masih tetap tinggal dan menjadi karakter Indonesia.
Saya tinggal di Indonesia selama empat tahun. Masa-masa itu telah membentuk masa kecil saya. Suatu masa di mana saya bisa melihat adik perempuan saya, Maya, lahir dan masa yang memberi kesan sangat kuat kepada ibu saya sehingga membuat dia tetap kembali ke Indonesia selama 21 tahun untuk bekerja dan melakukan perjalanan di Indonesia, mengejar hasrat besarnya dalam mempromosikan peluang di desa-desa di Indonesia, terutama peluang bagi wanita dan remaja putri. Wilayah-wilayah yang dikunjunginya dan orang-orang yang berada di sana selalu berada di hati ibu saya selama hidupnya. Saya begitu terhormat saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan untuknya semalam. Saya pun yakin ibu saya bangga dengan apa yang beliau dedikasikan selama ini.
Begitu banyak hal yang berubah dalam empat dekade sejak saya kembali ke Hawaii. Jika saya bertanya kepada teman, terutama teman sekolah saya yang tahu bahwa suatu saat nanti saya akan kembali, saya yakin di antara kami tidak ada yang menyangka bahwa saya akan kembali ke Jakarta sebagai presiden Amerika Serikat.
Jakarta pada zaman dahulu adalah yang kota yang padat. Penduduknya hampir 10 juta dengan gedung pencakar langit di Hotel Indonesia. Jakarta berkembang dengan pesat menjadi pusat budaya dan perdagangan. Dulu teman-teman Indonesia dan saya terbiasa lari-lari di sawah dengan kerbau dan kambing, namun generasi baru Indonesia saat ini adalah mereka yang termasuk paling melek internet di dunia. Mereka terhubung melalui telepon seluler dan jaringan sosial. Bukan hanya fokus untuk membangun di dalam negeri, Indonesia juga sedang tumbuh menjadi pemain utama di kawasan Asia Pasifik dan ekonomi global.
Perubahan ini juga berimbas pada politik. Saat ayah tiri saya masih anak-anak, dia melihat ayahnya sendiri dan kakaknya meninggalkan rumah untuk berjuang dan kemudian gugur saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saya senang berada di sini saat Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk menghormati pahlawan yang mengorbankan dirinya demi negara besar ini.
Saat saya pindah ke Jakarta pada 1967, itu adalah masa-masa di mana Indonesia sedang mengalami penderitaan besar dan konflik di berbagai belahan negeri ini. Meskipun ayah saya menjadi tentara, kekerasan dan pembunuhan yang terjadi saat itu tidak diketahui banyak orang karena hal-hal seperti itu tidak pernah diperbincangkan oleh keluarga Indonesia maupun teman-teman.
Di rumah saya, seperti di seluruh wilayah Indonesia, pembunuhan ataupun kekerasan tidak pernah hadir secara nyata. Indonesia memang merdeka, tetapi tidak pernah lepas dari rasa takut. Di tahun-tahun setelah itu, Indonesia telah menempa dirinya melalui transformasi demokrasi yang luar biasa-dari negara yang menganut hukum tangan besi ke sebuah negara yang menjalankan hukum atas kepentingan bangsa. Dalam tahun-tahun terakhir, dunia melihat harapan ketika Indonesia sanggup menjalani transformasi kekuatan secara damai dan Indonesia sanggup memilih pemimpinnya sendiri melalui pemilu. Demokrasi anda disimbolkan dengan terpilihnya presiden dan anggota legislatif secara langsung.
Demokrasi Indonesia juga dipertahankan dan dikembangkan melalui mekanisme check and balance, masyarakat sipil yang dinamis, partai-partai, media yang mencerminnkan kebebasan pers, serta warga negara yang memastikan bahwa Indonesia akan tetap mempertahankan demokrasi. Tidak ada kata mundur untuk demokrasi.
Meski negara masa kecil saya telah banyak berubah, beberapa hal yang saya pelajari tentang Indonesia ialah semangat toleransi yang tertanam dalam konstitusi. Ini terlihat pada keberadaan masjid, gereja dan kuil yang berdiri bersebelahan satu dengan yang lain. Bhinneka Tunggal Ika, perbedaan dalam kesatuan. Ini adalah dasar negara Indonesia yang dapat dijadikan contoh untuk dunia, dan inilah kenapa Indonesia memegang peranan penting di abad ke-21.
Hari ini saya kembali ke Indonesia tidak hanya sebagai kawan, namun juga sebagai presiden yang mencari kemitraan mendalam dan kokoh antara dua negara. Karena sebagai negara besar dan memiliki keragaman, sebagai tetangga di kedua sisi lautan Pasifik, dan sebagai negara berdemokrasi, Amerika Serikat dan Indonesia terikat bersama oleh kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai bersama.
Kemarin, Presiden Yudhoyono dan saya mengumumkan sebuah kemitraan komprehensif baru antar Amerika Serikat dan Indonesia. Kita meningkatkan ikatan antarpemerintahan di berbagai area. Dan yang terpenting, kita meningkatkan ikatan antarmasyarakat kami. Ini adalah mitra kesetaraan, didasari oleh kepentingan bersama dan saling menghormati.
Dengan sisa waktu saya hari ini, saya ingin membicarakan tentang cerita yang sebelumnya saya bicarakan. Cerita mengenai Indonesia yang sempat saya tinggali dahulu teramat penting untuk Amerika Serikat, dan untuk dunia. Saya akan fokus di tiga area yang berhubungan erat dan mendasar dari kemajuan manusia, yaitu pembangunan, demokrasi, dan kepercayaan.
Pertama, pertemanan antara Amerika Serikat dan Indonesia dapat memajukan kepentingan bersama kita di dalam pembangunan. Saat saya pindah ke Indonesia, sangat sulit membayangkan masa depan di mana kesejahteraan keluarga di Chicago dan Jakarta akan dihubungkan. Akan tetapi ekonomi kita saat ini telah mengglobal, dan Indonesia telah mengalami globalisasi sejak terjadinya krisis moneter di tahun 1990-an. Artinya, apa yang kita pelajari dari krisis moneter baru-baru ini, kita memiliki cara pandang dalam keberhasilan masing-masing.
Amerika mengambil bagian dalam pertumbuhan Indonesia. Dengan kemakmuran yang merata di antara masyarakat Indonesia akan meniimbulkan peningkatan kelas menengah, yang berarti pasar baru untuk barang-barang kami. Seperti halnya Amerika adalah pasar bagi barang-barang asal Indonesia. Oleh karena itu, kami berinvestasi lebih di Indonesia. Ekspor kami telah tumbuh hampir 50% dan kami membuka pintu bagi masyarakat Amerika dan Indonesia untuk melakukan bisnis satu sama lain.
Amerika bersama Indonesia juga memainkan peran dalam ekonomi global. Itulah mengapam G-20 saat ini menjadi pusat kerja sama ekonomi internasional, sehingga negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki suara dan tanggung jawab yang besar. Indonesia harus memimpin di panggung dunia dan menjadi contoh dalam hal transparansi dan akuntabilitas antikorupsi.
Amerika bersama Indonesia menargetkan pembangunan yang berkelanjutan, karena hal itu menentukan kualitas hidup dan kesehatan planet kita. Itulah sebabnya kami mengembangkan teknologi energi bersih yang dapat memperkuat industri dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang berharga. Amerika juga menyambut kepemimpinan kuat negara anda dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim.
Di atas semua itu, Amerika memiliki bagian dalam keberhasilan masyarakat Indonesia. Berdasarkan berita utama hari ini, kita harus membangun jembatan antara masyarakat kita, karena di masa depan keamanan dan kemakmuran akan menjadi milik kita bersama. Itulah apa yang kita lakukan, dengan peningkatan kerja sama antara para ilmuwan dan peneliti, juga kerja sama untuk meningkatkan kewirausahaan. Saya sangat senang bahwa kami telah berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah mahasiswa Amerika dan Indonesia yang belajar di negara masing-masing. Kami ingin lebih banyak pelajar Indonesia di sekolah-sekolah Amerika, dan lebih banyak pelajar Amerika untuk datang belajar di negeri ini
Inilah isu-isu yang benar-benar penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Pembangunan bukan hanya tentang tingkat pertumbuhan dan angka-angka pada neraca keseimbangan. Ini adalah soal apakah seorang anak bisa mendapatkan keterampilan yang mereka butuhkan dan berhasil dalam dunia yang terus berubah? Ini adalah tentang apakah ide yang bagus diperbolehkan untuk tumbuh menjadi bisnis dan tidak dicekik oleh korupsi? Ini tentang apakah kekuatan-kekuatan yang telah mengubah Jakarta yang pernah saya kenal, teknologi dan perdagangan, diterjemahkan ke dalam kehidupan yang lebih baik untuk seluruh masyarakat Indonesia, untuk semua manusia, kehidupan yang ditandai oleh martabat dan kesempatan.
Pembangunan semacam ini tidak terlepas dari peran demokrasi. Hari ini, kita sering mendengar bahwa demokrasi berdiri seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Ini bukanlah sebuah argumen baru. Khususnya dalam masa perubahan dan ketidakpastian ekonomi, beberapa orang akan berkata bahwa lebih mudah untuk mengambil jalan pintas untuk pembangunan dengan memperdagangankan hak-hak manusia untuk kekuasaan negara. Tapi itu bukan apa yang saya lihat di perjalanan saya ke India, dan itu bukan apa yang saya lihat di Indonesia. Prestasi anda menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan memperkuat satu sama lain.
Seperti halnya demokrasi di negara manapun, anda telah melihat berbagai hambatan selama di perjalanan. Amerika tidaklah berbeda. Konstitusi kita sendiri berbicara tentang upaya untuk menempa sebuah ”persatuan lebih sempurna” dan itu adalah sebuah perjalanan yang kita tempuh sejak Perang Sipil dan perjuangan untuk memperluas hak semua warga negara kita. Namun, hal itu adalah proses yang memungkinkan kami menjadi lebih kuat dan lebih sejahtera, lebih adil dan bebas.
Seperti negara-negara lain yang muncul dari penjajahan pada abad lalu, Indonesia berjuang dan berkorban untuk hak anda. Itulah makna dari Hari Pahlawan. Tapi anda juga akhirnya memutuskan bahwa kebebasan bukan berarti mengganti tangan penjajah yang kuat dengan kekuatan anda sendiri. Tentu saja, demokrasi akan tak beraturan. Tidak semua orang menyukai hasil tiap pemilu. Anda akan melalui masa pasang surut. Namun, semua itu menjadi perjalanan berharga. Dibutuhkan lembaga-lembaga yang kuat untuk mengontrol kekuasaan. Dibutuhkan pasar terbuka yang memungkinkan individu untuk berkembang. Dibutuhkan pers bebas dan sistem peradilan yang independen untuk membasmi penyalahgunaan dan korupsi. Dibutuhkan masyarakat yang terbuka dan warga yang aktif untuk menolak ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Ini adalah kekuatan yang akan mendorong Indonesia. Itulah pesan dari masyarakat Indonesia yang sudah mahir berdemokrasi. Pesan dari orang-orang yang berperang dalam Pertempuran Surabaya 65 tahun silam, untuk para siswa yang berbaris secara damai untuk demokrasi pada 1990-an, untuk para pemimpin yang telah merasakan transisi kekuasaan damai di abad muda ini. Karena pada akhirnya, pesan itulah yang akan menyatukan Nusantara yang luar biasa ini, yang membentang dari Sabang sampai Merauke, penekanan bahwa setiap anak yang lahir di negeri ini harus diperlakukan sama, apakah mereka berasal dari Jawa atau Aceh, Bali atau Papua. Mereka adalah masyarakat Indonesia, yang diperlakukan sama.
Upaya tersebut meluas, Indonesia berperan di pentas luar negeri. Indonesia mengambil inisiatif untuk mendirikan Forum Demokrasi Bali, sebuah forum terbuka bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan pelatihan yang baik dalam pengembangan demokrasi. Indonesia juga berada di garis depan dalam mendorong ASEAN untuk lebih memperhatikan hak asasi manusia. Negara-negara Asia Tenggara harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri, dan Amerika Serikat akan sangat mendukung hak itu. Tetapi orang-orang Asia Tenggara juga harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Itulah sebabnya kami dikutuk dalam pemilihan di Burma yang mana tidak bebas dan adil. Itulah mengapa kami mendukung masyarakat sipil anda dalam bekerja di seluruh wilayah ini. Karena tidak ada alasan batasan negara dalam hal menghormati hak asasi manusia.
Itulah makna pembangunan dan demokrasi. Gagasan bahwa nilai-nilai tertentu adalah universal. Kemakmuran tanpa kebebasan hanya bentuk lain dari kemiskinan. Karena ada aspirasi bahwa manusia adalah makhluk yang berbagi. Kebebasan mengandaikan bahwa pemimpin anda bertanggung jawab kepada Anda, dan bahwa anda tidak akan dipenjara karena tidak setuju dengan mereka; kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan bekerja dengan kebanggaan; kebebasan untuk meyakini iman anda tanpa rasa takut atau pembatasan.
Agama adalah topik terakhir yang ingin saya sampaikan hari ini. Dan―seperti halnya demokrasi dan pembangunan―itu adalah kisah fundamental bagi Indonesia. Seperti negara-negara Asia lain yang saya kunjungi dalam perjalanan ini, Indonesia kental dengan spiritualitas, suatu tindakan di mana orang menyembah Tuhan dengan berbagai cara. Berjalan berdampingan dengan keberagaman tersebut, Indonesia juga menjadi rumah bagi penduduk muslim terbesar di dunia―suatu kenyataan yang saya ketahui sebagai ketika saya sewaktu kecil mendengar panggilan adzan untuk beribadah di seluruh Jakarta.
Individu tidak didefinisikan semata-mata oleh iman mereka. Tapi kita juga mengetahui bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan komunitas muslim telah membara selama bertahun-tahun. Sebagai presiden, saya telah membuat prioritas untuk mulai memperbaiki hubungan ini. Sebagai bagian dari upaya itu, saya pergi ke Kairo Juni lalu dan menyerukan sebuah babak baru antara Amerika Serikat dan dunia Islam di seluruh dunia.
Saat itu saya berkata, dan akan saya ulangi sekarang, bahwa tidak ada satupun pidato yang bisa membasmi ketidakpercayaan selama bertahun-tahun. Tapi saya percaya saat itu, dan saya percaya hari ini, bahwa kita mempunyai pilihan. Pertama kita memilih untuk didefinisikan oleh perbedaan, dan menyerah pada masa depan yang berisi kecurigaan dan ketidakpercayaan. Atau, kita dapat memilih untuk melakukan kerja keras membentuk tanah milik bersama, dan berkomitmen untuk terus mengejar kemajuan. Dan saya menjanjikan anda―tidak peduli apa hambatan yang mungkin akan datang―Amerika Serikat berkomitmen untuk kemajuan manusia. Itulah kami. Itulah yang telah kita lakukan. Itulah yang akan kita lakukan.
Kami mengetahui masalah yang telah menyebabkan ketegangan selama bertahun-tahun. Masalah itu telah saya bahas di Kairo. Dalam 17 bulan sejak pidato tersebut, ucapkan kami telah membuat beberapa kemajuan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. ListenPenduduk sipil tak bersalah di Amerika, Indonesia, dan di seluruh dunia masih menjadi target oleh kekerasan kaum ekstremis. Saya tegaskan bahwa Amerika tidak, dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam. Sebaliknya, kita semua harus bekerja sama mengalahkan Al Qaeda dan jaringan-jaringannya, yang tidak berhak mengklaim sebagai pemimpin agama apapun, apalagi agama besar dunia seperti Islam. Tetapi kita tidak boleh menyerah terhadap teroris yang berusaha menghancurkan dunia. Ini bukan tugas Amerika saja. Di Indonesia, anda telah membuat kemajuan dalam membasmi teroris dan memerangi kekerasan tersebut.
Di Afghanistan, kami terus bekerja dengan koalisi negara-negara untuk membangun pemerintah Afghanistan demi mengamankan masa depan rakyat mereka. Kepentingan kami bersama adalah membangun perdamaian di negeri yang dilanda perang. Perdamaian yang tidak memperbolehkan ekstremis untuk tumbuh, dan memberikan harapan bagi rakyat Afghanistan.
Sementara itu, kami telah membuat kemajuan pada salah satu komitmen utama kami, yaitu mengakhiri perang di Irak. Hampir 100.000 pasukan Amerika telah meninggalkan Irak dalam masa pemerintahan saya. Irak telah mengambil tanggung jawab penuh atas keamanan mereka sendiri. Dan kami akan terus mendukung pemerintahan inklusif di Irak. Di Timur Tengah, kita telah dihadapkan pada sebuah kemunduran, tapi kami terus-menerus mengejar perdamaian. Israel dan Palestina memulai kembali pembicaraan langsung, tetapi tetap terkendala hambatan besar. Tidak ada yang bisa berpandangan bahwa perdamaian dan keamanan akan datang dengan mudah. Tapi tidak ada keraguan. Dua negara, Israel dan Palestina, dapat hidup berdampingan dalam damai dan keamanan. Itu adalah tujuan kami.
Saya percaya, sejarah Amerika dan Indonesia memberi kita sebuah harapan. Ini adalah cerita yang ditulis ke dalam motto nasional kita. Di Amerika Serikat, moto kami adalah E Pluribus Unum, beragam, satu. Seperti halnya Bhinneka Tunggal Ika, persatuan dalam keragaman. Kita adalah dua bangsa yang telah menjalani jalan berbeda. Namun, bangsa kita menunjukkan bahwa ratusan juta yang memiliki keyakinan berbeda dapat bersatu dalam kebebasan di bawah satu bendera. Dan kita sekarang membangun kemanusiaan bersama-sama, melalui para pemuda yang menjalani pertukaran pelajar, melalui hubungan pengusaha yang dapat menyebabkan kemakmuran; dan melalui nilai-nilai demokrasi yang mendasar dan aspiratif bagi manusia.
Sebelum saya datang ke sini, saya mengunjungi Masjid Istiqlal, tempat ibadah yang masih dalam pembangunan ketika saya tinggal di Jakarta. Saya mengagumi kubah Istiqlal yang menjulang tinggi, megah dan suasana yang ramah. Tapi, nama dan sejarahnya juga menceritakan mengenai apa yang membuat Indonesia hebat. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya menjadi bagian bukti perjuangan bangsa untuk kebebasan. Selain itu, Istiqlal merupakan rumah ibadah bagi ribuan muslim yang dirancang oleh arsitek Kristen.
Layaknya semangat bangsa Indonesia. Layaknya pesan filsafat inklusif Indonesia, Pancasila. Negara kepulauan yang berisi ciptaan Tuhan yang paling indah, pulau yang berada di atas samudera perdamaian, tempat di mana orang memilih untuk menyembah Tuhan yang diyakini mereka masing-masing, Islam berkembang, tetapi begitu juga agama lain. Pembangunan diperkuat oleh demokrasi. Tradisi masa lampau bertahan, tetapi sebagai peningkat kekuatan penggerak.
Itu tidak berarti bahwa Indonesia tanpa ketidaksempurnaan. Tetapi di Indonesia kita bisa menemukan keberhasilan dijembataninya berbagai ras dan agama. Sebagai anak dari ras yang berbeda dan datang dari negeri yang jauh, saya menemukan semangat ini dalam sambutan yang saya terima pada saat pindah ke sini: Selamat Datang. Sebagai seorang Kristen yang mengunjungi sebuah masjid pada kunjungan kali ini, saya menemukan itu dalam kata-kata seorang pemimpin (ulama) yang bertanya perihal kunjungan saya dan berkata, “Muslim juga diperbolehkan dalam gereja. Kita semua adalah pengikut Tuhan.”
Kesejukan itu terletak di dalam kita masing-masing. Kita tidak bisa menyerah pada keraguan atau sinis atau putus asa. Cerita dari Indonesia dan Amerika seharusnya membuat kita optimistis, memberitahu kita bahwa sejarah berada di samping kemajuan manusia, persatuan yang lebih kuat dari kelompok, dan bahwa orang di dunia ini dapat hidup bersama dalam damai. Semoga kedua negara kita dapat bekerja sama, dengan iman dan tekad, untuk berbagi kebenaran dengan seluruh umat manusia.
Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia, terima kasih. Assalamualaikum.(*)
Jumat, 29 Oktober 2010
KEPADA TUHAN YANG TAK DIKENAL
KEPADA TUHAN YANG TAK DIKENAL & SAJAK-SAJAK JERMAN YANG LAIN
oleh Abdul Hadi Wm pada 29 Oktober 2010 jam 8:34
& SAJAK-SAJAK JERMAN YANG LAIN
Abdul Hadi W. M.
Friedriech Nietzsche
KEPADA TUHAN YANG TAK DIKENAL
Sebelum perjalanan kulanjutkan
Dan sebelum pandang kulayangkan ke depan
Baiklah sekali lagi dalam sepi kuangkat tangan
Kepada-Mu tempat aku melarikan diri
Dari lubuk hati terdalam kupersembahkan
Altar-altar pemujaan penuh takzim
Agar setiap kali suara-Mu memanggilku kembali
Di altar itu akan teruikir sedalam-dalamnya
Kata-kata membara: Kepada Tuhan tak dikenal
Aku ini milik-Nya, walau sampai kini
Tetap bersama gerombolan para penghujat:
Aku milik-Nya dan kurasakan perangkap
Yang dalam pergulatan menjeratku ke bawah
Dan walau aku coba melarikan diri
Tetap jerat itu memaksakku menjadi hamba-Nya
Aku ingin mengenal-Mu, wahai Yang Tak Dikenal
Kau, yang mengorek terus ceruk jiwaku
Yang menjelajahi hidupku seperti badai
Kau yang tak terpahamkan, sama sepertiku!
Aku ingin mengenal-Mu, malahan ingin jadi hamba-Mu!
Fridriech Hoelderlin
DIOTIMA
Kau menderita dan tetap membisu, asing pada mereka
Ya, kau hidup tulus! Diam-diam pudar dan layu
Sebab bersama orang kasar memanglah sia-sia
Susah kawan dicari dalam cahaya matahari
Jiwa luhur lembut tiada lagi, namun
Waktu toh cepat berlalu. Walau fana laguku akan hidup
Menyaksikan hari-hari malaikat
Dan kau pun akan diberi nama selaras dengan dirimu
SETENGAH HIDUP
Penuh buah-buah pir
Dan mawar-mawar liar
Pemandangan tergantung di danau
O angsa-angsa lembut;
Mabuk oleh siuman
Kaucelupkan kepalamu
Di air suci tenang
Amboi, di mana dapat kupetik
Jika musimdingin tiba, kembang-kembang
Di mana matahari terbit
Dan baying-bayang di tanah?
Tembok berdiri tegak
Tuli dan dingin, pipa penyalur udara
Berdesing-desing dalam angina
KEMUDIAN DAN SEKARANG
Pada hari-hari mudaku tiap pergi aku bangkit riang
Menangis waktu malam turun; sekarang, pada masa tuaku
Walau ragu kumulai hari-hariku lagi, namun
Selalu akhirnya terang dan kudus.
Rainer Maria Rilke
APA YANG KAULAKUKAN
Apa yang kaulakukan, Tuhan, bila aku mati?
Bila aku, kendimu, pecah dan terbaring?
Bila aku, minumanmu, basi dan kering?
Aku adalah jubahmu, dagang yang kau jjalankan,
Kau kehilangan makna, kehilangan aku.
Tanpa aku kau tak berumah, terampas
Dari sambutan riangmu, kehangatan dan kemanisan
Aku adalah sandalmu,kaki lelahmu
Akan berjalan telanjang sebab memerlukan aku
Mantel kebesaranmu akan terlempar jauh
KKilauanmu di pipiku
Dan kehangatan empuk, akan mencari dengan putus asa
Kesenangan yang pernah kuhidangkan –
Buat menggeketak, ketika warna matahari senja memudar
dalam pelukan dingin batu-batu asing.
Apa yang kaulakukan Tuhan? Aku cemas.
KAMI SEMUA PEKERJA
Kami semua pekerja: murid ilmu pertukangan, musafir
atau guru, kami membangunmu – kau lingkar pusat gereja menjulang
Kadang akan muncul pada kami sebuah kubur
Pelancong, yang bagaikan keharuan berkilauan
Jiwa ratusan pengrajin
Lketika gemetar memnunjukkan kecakapan barunya
Kami mendaki bukit perancah karang
Palu di tangan kami berat berayun
Hingga dahi kami merasakan belaian sayap
Dari waktu gemerlapan yang kenal segala
Dan berasal darimu seperti angin berasal dari lautan
Lalu pukulan palu bergema, tak terhingga
Dan melalui gunung-gunung gaung nyaring bersahutan
Hanya dalam sembur gelap kepada-Mu menyerah akhirnya
Dan pelahan garis-garis sosokmu tersingkap pada kami.
Johann Woflfgang Von Goethe
AZIMAT
Timur milik Tuhan
Barat di bawah kuasa Tuhan
Tanah-tanah, utara dan selatan
Di tangan pengasih-Nya semayam
Dialah yang adil hanya
Bagi setiap orang apa yang benar?
Dri seratus nama-nama-Nya
Biar saja satu yang disanjung! Amien.
Perjalananku membuatku kusut
Tapi Kau dapat meluruskannya
Kala aku bekerja atau mengarang
Semoga Kau saja jadi petunjuk jalanku
Dibanding perkara dunia yang kupikirkan
Tetap ini saja yang membuatku tegak lebih tinggi
Tidaklah bersama debu jiwa ini berserakan
Tetapi kepda dirinya kembali dan meninggi
Ada dua berkah dalam bernafas:
Menghela di udara dan membuangnya
Yang satu membingungkan, yang lain menyegarkan
Begitu mulia hidup yang bercampur baur
Ketika tersiksa bersyukurlah kepada Tuhan
Pun kembalilah bersyukur jika dibebaskan.
TAK TERHALANGI
Kepada Hafiz
Karena kau tak dapat berakhir
Itu yang membuatmu besar
Nasibmu sudah untuk tak pernah memulai
Lagumu riang seperti lompatan bintang-bintang
Awal dan akhir serupa
Dan yang di tengah tetap yang akhir dan yang awal
Sungguh kau mata air keriangan puisi
Air tak habis-habis mengalir darimu
Sebuah bibir yang siap mencium
Lagu nikmat dalam terus mengalir
Sebuah kerongkongan dahaga senantiasa
Hati yang selalu mencurahkan kebaikan dengan sendirinya
Dan walau seluruh dunia karam dalam keruntuhan
Hafiz, denganmu sendiri aku akan bangkit
Biar kita yang kembar ini berbagi duka dan riang
Mencinta seperti kau mencinta
Minum seperti kau minum
Jadi kebanggaan dan kerja sepanjang hayatku
Kini, o laguku, bicaralah dengan apimu sendiri
Sebab kau lebih tua, pun lebih muda darinya.
Abdul Hadi W. M.
Jumat, 22 Oktober 2010
SETAHUN SBY-BUDI
JAKARTA, KOMPAS.com *— Berikut ini beberapa isu yang menjadi kontroversi
dalam setahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden Boediono.
*1. KASUS CENTURY *
Kasus penyelamatan Bank Century yang terjadi pada November 2008 atau saat
pemerintahan SBY-JK. Kasus Century ditengarai merugikan negara.
Isu itu terus berkembang dan puncaknya DPR membuat Panitia Hak Angket
Century atau lebih dikenal Pansus Century pada 4 Desember 2009 saat
pemerintahan SBY-Boediono.
Pansus dibubarkan pada 24 Februari 2010 dengan pandangan akhir masing-masing
fraksi partai politik di DPR. Hanya Partai Demokrat dan PKB yang menyatakan
tidak ada pelanggaran prosedur dalam penyelamatan Bank Century tersebut.
Dalam rekomendasinya, kasus ini tetap diteruskan pada aparat penegak hukum,
tetapi hingga kini masih terkatung-katung.
"Kasus ini menjadi hantu politik yang sewaktu-waktu bisa bangun," kata
anggota DPR Fraksi PKS, Andi Rahmat. Akibat dari isu ini adalah terpentalnya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari Kabinet Indonesia Bersatu II.
Sebelum mengundurkan diri, Sri Mulyani sempat bersitegang dengan Aburizal
Bakrie yang merupakan Ketua Umum Golkar.
*2. KASUS KRIMINALISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI *
Isu ini bermula dari wacana yang digelar oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tentang KPK sebagai lembaga "*superbody*". Hal itu tampaknya
mendapatkan sorotan negatif dari media-media, apalagi saat itu kasus Ketua
KPK Antasari Azhar sedang disidangkan dalam kasus pembunuhan Nasrudin
Zulkarnein. Hal itu membuat polemik antara fakta dan rekayasa terhadap kasus
tersebut.
Akhirnya Antasari diberhentikan secara tetap dari jabatannya pada tanggal 11
Oktober 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah diberhentikan
sementara pada tanggal 6 Mei 2009.
Pada 11 Februari 2010, Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena
terbukti bersalah turut serta melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin
Zulkarnaen.
Isu itu belum selesai karena kemudian muncul adanya penahanan anggota KPK
Bibit Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang dituduh telah menerima suap.
Namun, hingga kini hal itu tidak bisa dibuktikan oleh pihak kepolisian yang
justru memberikan informasi yang berubah-ubah terkait dengan alat bukti
penyadapan untuk penangkapan keduanya.
Bahkan, kepolisian lebih dipermalukan dengan pemutaran percakapan Anggodo
dan Yuliana Gunawan pada 3 November 2009. Kasus ini kemudian merembet dengan
perseteruan KPK dan kepolisian dan yang memunculkan sebutan "cicak lawan
buaya".
Salah satu akibat dari kasus ini adalah kemunculan Satgas Mafia Hukum. Isu
kriminalisasi KPK hingga kini belum selesai karena masih adanya hambatan
hukum terkait status Bibit Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang telah
ditetapkan menjadi tersangka.
*3. KASUS MAFIA PAJAK *
Hal ini bermula dari pengungkapan oleh mantan Kabareskrim Polri, Komjen
Susno Duadji, tentang adanya mafia pajak yang melibatkan aparat pajak Gayus
Tambunan, oknum kepolisian, dan aparat penegak hukum lainnya.
*4. SEKRETARIAT GABUNGAN *
Sekretariat Gabungan (Setgab) merupakan perhimpunan partai koalisi yang
diketuai oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
dan ketua pelaksana harian oleh Aburizal bakrie. Setgab didirikan untuk
menjembatani antara eksekutif dan politik di legislatif. Setgab menimbulkan
kontroversi karena sering kali dinilai memiliki kewenangan layaknya
pemerintah. Di antara anggota Setgab yang terdiri dari enam partai koalisi
juga terjadi ketidaknyamanan, terutama terhadap kepemimpinan Golkar. Hingga
kini isu ini masih terus berlangsung.
*5. KONFLIK PERBATASAN DENGAN MALAYSIA *
Masalah perbatasan dengan Malaysia bersifat laten dan bisa menonjol
sewaktu-waktu, tetapi temporer. Isu ini pernah menyita perhatian publik
ketika petugas Dinas Kelautan Indonesia ditangkap oleh Kepolisian Diraja
Malaysia di Perairan Tanjung Berikat.
Gelora nasionalisme di masyarakat menguat sehingga membuat Presiden harus
berpidato di Markas TNI untuk masalah ini.
*6. ISU JAKSA AGUNG*
Munculnya isu itu berawal dari pengajuan uji materiil UU terkait
pengangkatan Jaksa Agung Hendarman Supandji oleh Mantan Mensesneg Yusril
Ihza Mahendra ke Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, Mahkamah Konstitusi
menyatakan, Hendarman Supandji tidak sah lagi menjadi Jaksa Agung.
sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2010/10/16/10545433/6.Isu.Kontroversial.Pemerint\
ahan.SBY
dalam setahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden Boediono.
*1. KASUS CENTURY *
Kasus penyelamatan Bank Century yang terjadi pada November 2008 atau saat
pemerintahan SBY-JK. Kasus Century ditengarai merugikan negara.
Isu itu terus berkembang dan puncaknya DPR membuat Panitia Hak Angket
Century atau lebih dikenal Pansus Century pada 4 Desember 2009 saat
pemerintahan SBY-Boediono.
Pansus dibubarkan pada 24 Februari 2010 dengan pandangan akhir masing-masing
fraksi partai politik di DPR. Hanya Partai Demokrat dan PKB yang menyatakan
tidak ada pelanggaran prosedur dalam penyelamatan Bank Century tersebut.
Dalam rekomendasinya, kasus ini tetap diteruskan pada aparat penegak hukum,
tetapi hingga kini masih terkatung-katung.
"Kasus ini menjadi hantu politik yang sewaktu-waktu bisa bangun," kata
anggota DPR Fraksi PKS, Andi Rahmat. Akibat dari isu ini adalah terpentalnya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari Kabinet Indonesia Bersatu II.
Sebelum mengundurkan diri, Sri Mulyani sempat bersitegang dengan Aburizal
Bakrie yang merupakan Ketua Umum Golkar.
*2. KASUS KRIMINALISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI *
Isu ini bermula dari wacana yang digelar oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tentang KPK sebagai lembaga "*superbody*". Hal itu tampaknya
mendapatkan sorotan negatif dari media-media, apalagi saat itu kasus Ketua
KPK Antasari Azhar sedang disidangkan dalam kasus pembunuhan Nasrudin
Zulkarnein. Hal itu membuat polemik antara fakta dan rekayasa terhadap kasus
tersebut.
Akhirnya Antasari diberhentikan secara tetap dari jabatannya pada tanggal 11
Oktober 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah diberhentikan
sementara pada tanggal 6 Mei 2009.
Pada 11 Februari 2010, Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena
terbukti bersalah turut serta melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin
Zulkarnaen.
Isu itu belum selesai karena kemudian muncul adanya penahanan anggota KPK
Bibit Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang dituduh telah menerima suap.
Namun, hingga kini hal itu tidak bisa dibuktikan oleh pihak kepolisian yang
justru memberikan informasi yang berubah-ubah terkait dengan alat bukti
penyadapan untuk penangkapan keduanya.
Bahkan, kepolisian lebih dipermalukan dengan pemutaran percakapan Anggodo
dan Yuliana Gunawan pada 3 November 2009. Kasus ini kemudian merembet dengan
perseteruan KPK dan kepolisian dan yang memunculkan sebutan "cicak lawan
buaya".
Salah satu akibat dari kasus ini adalah kemunculan Satgas Mafia Hukum. Isu
kriminalisasi KPK hingga kini belum selesai karena masih adanya hambatan
hukum terkait status Bibit Samad Riyanto dan Candra M Hamzah yang telah
ditetapkan menjadi tersangka.
*3. KASUS MAFIA PAJAK *
Hal ini bermula dari pengungkapan oleh mantan Kabareskrim Polri, Komjen
Susno Duadji, tentang adanya mafia pajak yang melibatkan aparat pajak Gayus
Tambunan, oknum kepolisian, dan aparat penegak hukum lainnya.
*4. SEKRETARIAT GABUNGAN *
Sekretariat Gabungan (Setgab) merupakan perhimpunan partai koalisi yang
diketuai oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
dan ketua pelaksana harian oleh Aburizal bakrie. Setgab didirikan untuk
menjembatani antara eksekutif dan politik di legislatif. Setgab menimbulkan
kontroversi karena sering kali dinilai memiliki kewenangan layaknya
pemerintah. Di antara anggota Setgab yang terdiri dari enam partai koalisi
juga terjadi ketidaknyamanan, terutama terhadap kepemimpinan Golkar. Hingga
kini isu ini masih terus berlangsung.
*5. KONFLIK PERBATASAN DENGAN MALAYSIA *
Masalah perbatasan dengan Malaysia bersifat laten dan bisa menonjol
sewaktu-waktu, tetapi temporer. Isu ini pernah menyita perhatian publik
ketika petugas Dinas Kelautan Indonesia ditangkap oleh Kepolisian Diraja
Malaysia di Perairan Tanjung Berikat.
Gelora nasionalisme di masyarakat menguat sehingga membuat Presiden harus
berpidato di Markas TNI untuk masalah ini.
*6. ISU JAKSA AGUNG*
Munculnya isu itu berawal dari pengajuan uji materiil UU terkait
pengangkatan Jaksa Agung Hendarman Supandji oleh Mantan Mensesneg Yusril
Ihza Mahendra ke Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, Mahkamah Konstitusi
menyatakan, Hendarman Supandji tidak sah lagi menjadi Jaksa Agung.
sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2010/10/16/10545433/6.Isu.Kontroversial.Pemerint\
ahan.SBY
Ada Katak, di Senayan ?
Ada Katak, di Senayan ?
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR, Nudirman Munir mengatakan, studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan. BK dijadwalkan melawat ke Yunani dalam rangka studi banding.
Ia berpendapat, pengalaman melihat praktik BK di luar negeri akan memberikan wawasan dan membuat anggota Dewan tak menjadi "katak dalam tempurung". "Ke luar negeri itu wajib. Agar kita tidak katak dalam tempurung," ujar Nudirman, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/10/2010).
Apa saja yang akan dipelajari di Yunani? Dikatakan Nudirman, banyak hal yang akan dipelajari. Diantaranya mengenai etika perilaku anggota Dewan dan tata beracara BK di negara tersebut. "Kita ingin tahu apakah kalau ada laporan terhadap anggota yang juga dilakukan anggota Dewan harus menunggu Pimpinan DPR? Ini terkait kasus kita yang terakhir, ada laporan terhadap Pimpinan DPR," terang Nudirman.
Ia melanjutkan, hal lain adalah mengenai etika perilaku anggota Dewan setempat. "Misalnya, tentang anggota yang merokok. Kita akan lihat bagaimana dunia mengatur anggota parlemen yang merokok. Kemudian soal pakaian, kalau kita kan diatur, bagaimana di negara orang. Soal cara ngomong juga, bagaimana. Apakah cukup dengan mengangkat tangan, kemudian bicara, atau seperti apa," paparnya.
Ketika ditanya, apakah hasil studi banding akan menghasilkan revisi atas aturan-aturan BK, Nudirman menjawab, "Iya lah, nanti akan ada perubahan," katanya.
• Frans. Nadeak Alasan sering tidak rasional
• Panzer Nuwun Sewu Bawa payung gak kang...?
• Hendrik Abung Somantri
'katak dalam tempurung'...tidak tepat untuk wakil kita,,yang tepat itu 'kura-kura' mengapa demikian.kita telusuri dulu sipat kura2,kalo dia ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang keras itu,dia kalo jalan tidak b...isa cepat,mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,bertelur menggali lubang dulu,,,sekarang wakil kita. wakil kalo ada yang cuap2,protes,unjuk rasa,aspirasi rakyat yang merugikan dia.dia berlindung di balik cangkang(gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,).pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya(sidang sambil bo2,,,).sekarang sering ditemuka wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang.wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,)dari publik.
apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2!.... maaf kalo ada yang tersinggung...ini hanya argumen saya. namanya org awam politik,wajar kalo salah ngomong.orang pintar saja kalo ngomong salah2......
studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani untuk belajar kode etik terkesan seperti bagi-bagi jatah perjalanan ke luar negeri.
Hal ini setidaknya secara implisit terungkap dari pengakuan Wakil Ketua DPR RI Priyo ...Budi Santoso, yang juga politisi Partai Golkar, kepada para wartawan, Kamis (21/10/2010) di Gedung DPR RI.
"Kami tidak punya wewenang banyak untuk mencoret rencana kunjungan kerja ke luar negeri. Terlebih kalau ternyata seumur-umur badan tersebut belum pernah kunker ke luar negeri, sementara komisi lain sudah pernah. Pimpinan (DPR) juga takkan enak hati menolaknya," ujarnya.
Wah, itu bagi-bagi jatah dong? "Ya, pada intinya, kami dari pimpinan tidak boleh semena-mena untuk membatalkan tanpa alasan yang legal dan berrdasarkan kepatutan. Mereka belum pernah kunjungan ke luar negeri. Pastilah kalau Anda di posisi pimpinan, Anda juga merasa tak enak hati," sambung Priyo lagi.
Namun, sambungnya, pimpinan telah memberikan catatan agar BK harus mengungkapkan maksud dan tujuan kunker ke luar negeri di depan publik melalui pers.
Mereka juga diminta mengumumkan hasil kunker sepulang ke tanah air. "Ini catatan yang kami berikan dengan tinta emas, perak atau tinta merah," tegas Priyo.
• Hendrik Abung Somantri tu kan
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, yang mengizinkan Badan Kehormatan DPR melakukan kunjungan kerja ke Yunani, mengatakan, rencana tersebut tak mungkin dibatalkan. Menurut rencana, BK DPR akan bertolak ke Yunani pada har...i Sabtu mendatang.
"Kami tidak dalam posisi membatalkan. Kami apresiasi masukan masyarakat, tetapi masalah etika mungkin hal yang spontan tanpa mengurangi TOR (term of reference). Kunjungan ke luar negeri sangat diperlukan," kata Taufik kepada para wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Taufik tak menyangkal bahwa dirinya yang memberikan izin atas rencana kunjungan kerja tersebut. Namun, politisi Partai Amanat Nasional ini mengatakan, izin tersebut diberikan setelah ada rapat pimpinan DPR.
"Prinsipnya, ini hasil rapat pimpinan. Sebelum berangkat, kami sudah meminta harus ada jumpa pers untuk menyampaikan TOR dan hasilnya setelah kunjungan kerja," katanya.
Hingga H-2, BK DPR belum menyampaikan agendanya secara terbuka kepada publik. Belum jelas kapan agenda tersebut akan diumumkan kepada publik. Padahal, hal ini adalah persyaratan yang diajukan pimpinan DPR.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Anis Matta, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, mengaku mendukung rencana kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani.
BK, yang berangkat pada hari Sabtu mendatang, mengaku ...hendak belajar etika dari Yunani. Anis mengakui bahwa adanya potensi ketidakefisienan dan ketidakefektifan pada kunjungan kerja BK ke Yunani.
"Namun, saat ini kunjungan kerja adalah satu-satunya cara. Belum ada substitusinya," ujarnya kepada para wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Dikatakan Anis, saat ini DPR belum memiliki infrastruktur legislasi yang berbasis riset. Akibatnya, dalam proses penyusunan perundang-undangan, para anggota DPR banyak melakukan benchmarking, atau imitasi dan modifikasi produk legislasi dari negara lain yang lebih maju.
"Ke depan, DPR akan membangun infrastruktur law center dan riset sehingga rencana kunjungan kerja ke luar negeri dapat dikurangi," ujar Anis singkat.
Iwan Gunawan
Selamat siang semuanya, terima kasih teman teman memberikan koment atas note di atas, walau sesungguhnya itu bukanlah merupakan tulisa saya akan tetapi saya menyuguhkan sebagai bahan sharing saja, sambil mengisi waktu. namun mudah-mudahan h...al itu bisa bermanfaat.
terus terang saja, saat kata "Katak" terbaca, saya sampai ini belum begitu faham perbedaan kata "katak" dengan "kodok", jenis katak yang pertama kali saya tahu adalah apa yang disebut "bangkong" dalam bahasa sunda. dan saat saya kecil tentu saja saya belum mengenal apa yang beberapa tahun kemudian saya tahu bahwa ada apa yang disebut "bangkong sawah". Katak sebagai bangkong yang pertama kali saya tahu adalah katak yang biasanya ada di halaman rumah. berwarna hijau tua, agak mengerikan. dan juga berbintik-bintik menonjol semacam jerawat di pipi manusia "jerawatan".
Dalam hal ini. meski persoalan ini kecil, tetapi bagi saya merupakan hal penting agar bisa teridentifikasi, dimana dengan identifikasi itulah kita bisa memberikan sebuah pemaknaan pada sesuatu hal.
setidak-tidaknya ada dua persoalan mengenai kata "katak" dan "kodok" yang bisa saya kemukakan: pertama, apakah memang kata "katak" dan "kodok" menunjuk pada satu jenis binatang saja. ataukah memang secara nyata "katak" dan "kodok" itu berbeda.Kedua, jika kedua kata itu sebenarnya menunjuk pada jeinis binatang yang sama, lalu bisakah kata "katak" di dalam kalimat pengibaratan "bagai katak dalam tempurung" diganti dengan " bagai kodok dalam tempurung" tapi saya kira, sedikiti orang mengucapkan kalimat itu, bahkan mungkin teman-yeman belum pernah mendengarnya. Mungkin juga pernah mendengar, akan tetapi bisa jadi dia lupa-lupa pada pengibaratan itu. Dal hal lupa ini, bisa jadi dalam bayangan pengujarnya, kata "katak" dan "kodok" merupakan sesuatu hal yang sama. Dalam hal ini, saya merasa senang, bila ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai adanya dua kata "katak" dan "kodok" ini.
"Alasan sering tidak rasional", kata bung Frans memberikan Koment atas perilaku anggota parlemen yang saat ini sedang merencakan untuk melaksanakan sebuah kehenda pergi ke Yunani dalam rangka belajar etika. Lalu kehendak siapakah kegiatan ...untuk melaksanakan studi banding tersebut ? apakah kehendak rakyat ataukah kehendak pribadinya ? Tentu saja, bila dilhat dari koment bung Frans, bahwa kehendak itu tidak rasional dalam arti masuk akal "rakyat banyak".
Dalam hati saya rencana itu memang tidak masuk akal. Memang pada sesungguhnya kita perlu untuk mengenal budaya bangsa lain, juga termasuk peradaban teknologinya. Namun itu, apakah untuk belajar etika tidak ada cara lain yang lebih "adil dan bijaksana", seperti dengan mengundang para ahli etika yang cukup banyak di Indonesia. apalagi bila hanya untuk belajar perkara atau soal aturan berpakaian dan juga aturan cara ngomong. sebagaimana dikemukakan salah seorang anggota dari Badan Kehormatan sebagaimana di atas.
Tentu saja, kita merasa sangsi, akan kehormatan diri dari para anggota wakil kita di atas. Namun itu, saya merasa perlu untuk berhati-hati agar tidak terjebak pada suatu vonis yang tidak berdasar. Dalam hal ini saya melihat bahwa koment Kang Panzer perlu saya maknai (wah serius amat nikh saya) apa maksudnya dari kalimat "Bawa payung gak kang...?". namun itu saya mencoba untuk menempatkan kata payung tersebut sebagai "payung hukum". karena ini nampaknya, bahwa sebagaimana dikatakan oleh anggota BK-DPR tersebut bahwa "studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan". kalau sudah wajib tentu saja kita tida bisa menolak dengan mudah, karena betatapun tidak tepatnya alasan tersebut, melalui perlindungan "payung hukum" yang ada bisa menjadi sah. walau sesungguhnya kita tidak setuju, tetapi ketidak setujuan tidak cukup untuk bisa mencegah rencana kepergian tersebut.
Terus terang saya tidak tahu, seberapa besar kekuatan kewajiban untuk melakukan sebuah studi banding di dalam hukum atau peraturan kita. Namun itu saya berharap bahwa kelak, bila memang aturan tersebut itu tidak bisa diganggu gugat, kelak aturan yang "sia-sia" tersebut dihapuskan.
Iwan Gunawan
• Melihat dari adanya gejala apa yang disebut oleh Bung Frans dimana wakil kita cenderung punya "Alasan sering tidak rasional", maka bagi kang Abung identifikasi diri yang dikemukkan oleh sang anggota BK-DPR tersebut 'katak dalam tempurung'......adalah tidak tepat. Namun, bagi kang Abung yang lebih tepat adalah 'kura-kura'. Kang Abung menegaskan dengan memaparkan lebih lanjut mengenai sipat kura-kura yang diantaranya adalah :
1. kalo ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang kerau.
2. kalo jalan tidak bisa cepat,
3. Mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,
4. untuk bertelur menggali lubang dulu,,,
sifat-sifat tersebut diindikasikan sedang diidap wakil kita. dimana wakil kalo ada yang cuap2, protes, unjuk rasa,i aspirasi rakyat yang merugikan dia. dia berlindung di balik cangkang (gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,). atau jarang yang mau untuk langsung berdialog dengan mereka yang unjuk rasa.
selain itu dinilainya juga bahwa pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya (sidang sambil bo2,,,). Juga ditegaskan kang Abung bahwa sekarang sering ditemukan wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang. juga wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,) dari publik.
Namun itu, meski begitu jelas dipaparkan dan dalam hal ini menarik bagi saya dimana kang Abung masih merasa belum yakin sehingga kemudian ia bertanya "apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2 ? dan juga sekaligus mohon maaf karena merasa awam mengenai politik.
Bagi saya, apa yang terungkap dari pandangan kang Abung, merupakan sebuah realitas yang dimiliki banyak orang, bahwa begitu banyak hal yang tidak "adil dan bijaksana" berjalan di negeri ini, namun tak kuasa untuk menghadapinya. Meski kini alam demokrasi memberikan ruang bagi setiap orang, berhak untuk melakukan unjuk rasa, namun dalam kenyataannya tidak semua orang merasa sanggup untuk melakukannya. dimana banyak pertimbangan yang bisa dikemukakan. Dalam hal ini keteladanan merupakan harapan besar rakyat agar bisa dilakukan oleh para pemimpin. meski hal ini, memang agak sulit diharapkan, akan tetapi kebanyakan orang adalah semacam itu. buka persoalan ganti kekuasaan saja, tetatpi yang ebih utama adalah akhlaq atau perilaku atau etika para pemimpin kita.
Hal ini menjadi ironis, disaat rakyat membutuhkan dialog yang santun dan akrab dengan wakilnya, namun pada sisi lain, wakil kita dengan begitu ambisinya mengatakan bahwa "studi banding adalah wajib bagi anggota Dewan". sebetulnya lebih wajib manakah antara belajar etika ke Yunani dengan kewajiban untuk melakukan dialog dengan rakyat yang diwakilinya.
Tentu saja hal ini akan menjadi persoalan baru dikelak kemudiaan hari saat-saat mereka kembali ke negeri sendiri, sebab dalam kenyataannya sebagaimana dikatakan kang Abung
"studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20."
Benarkah niat "membangun negeri" di dalam benak para anggota dewan kita, diletakan secara sungguh-sungguh dan tertanam dalam sebagai hasrat mencintai rakyat yang diwakilinya ?
salam untuk semuanya...
makasih.
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR, Nudirman Munir mengatakan, studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan. BK dijadwalkan melawat ke Yunani dalam rangka studi banding.
Ia berpendapat, pengalaman melihat praktik BK di luar negeri akan memberikan wawasan dan membuat anggota Dewan tak menjadi "katak dalam tempurung". "Ke luar negeri itu wajib. Agar kita tidak katak dalam tempurung," ujar Nudirman, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/10/2010).
Apa saja yang akan dipelajari di Yunani? Dikatakan Nudirman, banyak hal yang akan dipelajari. Diantaranya mengenai etika perilaku anggota Dewan dan tata beracara BK di negara tersebut. "Kita ingin tahu apakah kalau ada laporan terhadap anggota yang juga dilakukan anggota Dewan harus menunggu Pimpinan DPR? Ini terkait kasus kita yang terakhir, ada laporan terhadap Pimpinan DPR," terang Nudirman.
Ia melanjutkan, hal lain adalah mengenai etika perilaku anggota Dewan setempat. "Misalnya, tentang anggota yang merokok. Kita akan lihat bagaimana dunia mengatur anggota parlemen yang merokok. Kemudian soal pakaian, kalau kita kan diatur, bagaimana di negara orang. Soal cara ngomong juga, bagaimana. Apakah cukup dengan mengangkat tangan, kemudian bicara, atau seperti apa," paparnya.
Ketika ditanya, apakah hasil studi banding akan menghasilkan revisi atas aturan-aturan BK, Nudirman menjawab, "Iya lah, nanti akan ada perubahan," katanya.
• Frans. Nadeak Alasan sering tidak rasional
• Panzer Nuwun Sewu Bawa payung gak kang...?
• Hendrik Abung Somantri
'katak dalam tempurung'...tidak tepat untuk wakil kita,,yang tepat itu 'kura-kura' mengapa demikian.kita telusuri dulu sipat kura2,kalo dia ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang keras itu,dia kalo jalan tidak b...isa cepat,mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,bertelur menggali lubang dulu,,,sekarang wakil kita. wakil kalo ada yang cuap2,protes,unjuk rasa,aspirasi rakyat yang merugikan dia.dia berlindung di balik cangkang(gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,).pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya(sidang sambil bo2,,,).sekarang sering ditemuka wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang.wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,)dari publik.
apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2!.... maaf kalo ada yang tersinggung...ini hanya argumen saya. namanya org awam politik,wajar kalo salah ngomong.orang pintar saja kalo ngomong salah2......
studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani untuk belajar kode etik terkesan seperti bagi-bagi jatah perjalanan ke luar negeri.
Hal ini setidaknya secara implisit terungkap dari pengakuan Wakil Ketua DPR RI Priyo ...Budi Santoso, yang juga politisi Partai Golkar, kepada para wartawan, Kamis (21/10/2010) di Gedung DPR RI.
"Kami tidak punya wewenang banyak untuk mencoret rencana kunjungan kerja ke luar negeri. Terlebih kalau ternyata seumur-umur badan tersebut belum pernah kunker ke luar negeri, sementara komisi lain sudah pernah. Pimpinan (DPR) juga takkan enak hati menolaknya," ujarnya.
Wah, itu bagi-bagi jatah dong? "Ya, pada intinya, kami dari pimpinan tidak boleh semena-mena untuk membatalkan tanpa alasan yang legal dan berrdasarkan kepatutan. Mereka belum pernah kunjungan ke luar negeri. Pastilah kalau Anda di posisi pimpinan, Anda juga merasa tak enak hati," sambung Priyo lagi.
Namun, sambungnya, pimpinan telah memberikan catatan agar BK harus mengungkapkan maksud dan tujuan kunker ke luar negeri di depan publik melalui pers.
Mereka juga diminta mengumumkan hasil kunker sepulang ke tanah air. "Ini catatan yang kami berikan dengan tinta emas, perak atau tinta merah," tegas Priyo.
• Hendrik Abung Somantri tu kan
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, yang mengizinkan Badan Kehormatan DPR melakukan kunjungan kerja ke Yunani, mengatakan, rencana tersebut tak mungkin dibatalkan. Menurut rencana, BK DPR akan bertolak ke Yunani pada har...i Sabtu mendatang.
"Kami tidak dalam posisi membatalkan. Kami apresiasi masukan masyarakat, tetapi masalah etika mungkin hal yang spontan tanpa mengurangi TOR (term of reference). Kunjungan ke luar negeri sangat diperlukan," kata Taufik kepada para wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Taufik tak menyangkal bahwa dirinya yang memberikan izin atas rencana kunjungan kerja tersebut. Namun, politisi Partai Amanat Nasional ini mengatakan, izin tersebut diberikan setelah ada rapat pimpinan DPR.
"Prinsipnya, ini hasil rapat pimpinan. Sebelum berangkat, kami sudah meminta harus ada jumpa pers untuk menyampaikan TOR dan hasilnya setelah kunjungan kerja," katanya.
Hingga H-2, BK DPR belum menyampaikan agendanya secara terbuka kepada publik. Belum jelas kapan agenda tersebut akan diumumkan kepada publik. Padahal, hal ini adalah persyaratan yang diajukan pimpinan DPR.
Iwan Gunawan
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Anis Matta, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, mengaku mendukung rencana kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani.
BK, yang berangkat pada hari Sabtu mendatang, mengaku ...hendak belajar etika dari Yunani. Anis mengakui bahwa adanya potensi ketidakefisienan dan ketidakefektifan pada kunjungan kerja BK ke Yunani.
"Namun, saat ini kunjungan kerja adalah satu-satunya cara. Belum ada substitusinya," ujarnya kepada para wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Dikatakan Anis, saat ini DPR belum memiliki infrastruktur legislasi yang berbasis riset. Akibatnya, dalam proses penyusunan perundang-undangan, para anggota DPR banyak melakukan benchmarking, atau imitasi dan modifikasi produk legislasi dari negara lain yang lebih maju.
"Ke depan, DPR akan membangun infrastruktur law center dan riset sehingga rencana kunjungan kerja ke luar negeri dapat dikurangi," ujar Anis singkat.
Iwan Gunawan
Selamat siang semuanya, terima kasih teman teman memberikan koment atas note di atas, walau sesungguhnya itu bukanlah merupakan tulisa saya akan tetapi saya menyuguhkan sebagai bahan sharing saja, sambil mengisi waktu. namun mudah-mudahan h...al itu bisa bermanfaat.
terus terang saja, saat kata "Katak" terbaca, saya sampai ini belum begitu faham perbedaan kata "katak" dengan "kodok", jenis katak yang pertama kali saya tahu adalah apa yang disebut "bangkong" dalam bahasa sunda. dan saat saya kecil tentu saja saya belum mengenal apa yang beberapa tahun kemudian saya tahu bahwa ada apa yang disebut "bangkong sawah". Katak sebagai bangkong yang pertama kali saya tahu adalah katak yang biasanya ada di halaman rumah. berwarna hijau tua, agak mengerikan. dan juga berbintik-bintik menonjol semacam jerawat di pipi manusia "jerawatan".
Dalam hal ini. meski persoalan ini kecil, tetapi bagi saya merupakan hal penting agar bisa teridentifikasi, dimana dengan identifikasi itulah kita bisa memberikan sebuah pemaknaan pada sesuatu hal.
setidak-tidaknya ada dua persoalan mengenai kata "katak" dan "kodok" yang bisa saya kemukakan: pertama, apakah memang kata "katak" dan "kodok" menunjuk pada satu jenis binatang saja. ataukah memang secara nyata "katak" dan "kodok" itu berbeda.Kedua, jika kedua kata itu sebenarnya menunjuk pada jeinis binatang yang sama, lalu bisakah kata "katak" di dalam kalimat pengibaratan "bagai katak dalam tempurung" diganti dengan " bagai kodok dalam tempurung" tapi saya kira, sedikiti orang mengucapkan kalimat itu, bahkan mungkin teman-yeman belum pernah mendengarnya. Mungkin juga pernah mendengar, akan tetapi bisa jadi dia lupa-lupa pada pengibaratan itu. Dal hal lupa ini, bisa jadi dalam bayangan pengujarnya, kata "katak" dan "kodok" merupakan sesuatu hal yang sama. Dalam hal ini, saya merasa senang, bila ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai adanya dua kata "katak" dan "kodok" ini.
"Alasan sering tidak rasional", kata bung Frans memberikan Koment atas perilaku anggota parlemen yang saat ini sedang merencakan untuk melaksanakan sebuah kehenda pergi ke Yunani dalam rangka belajar etika. Lalu kehendak siapakah kegiatan ...untuk melaksanakan studi banding tersebut ? apakah kehendak rakyat ataukah kehendak pribadinya ? Tentu saja, bila dilhat dari koment bung Frans, bahwa kehendak itu tidak rasional dalam arti masuk akal "rakyat banyak".
Dalam hati saya rencana itu memang tidak masuk akal. Memang pada sesungguhnya kita perlu untuk mengenal budaya bangsa lain, juga termasuk peradaban teknologinya. Namun itu, apakah untuk belajar etika tidak ada cara lain yang lebih "adil dan bijaksana", seperti dengan mengundang para ahli etika yang cukup banyak di Indonesia. apalagi bila hanya untuk belajar perkara atau soal aturan berpakaian dan juga aturan cara ngomong. sebagaimana dikemukakan salah seorang anggota dari Badan Kehormatan sebagaimana di atas.
Tentu saja, kita merasa sangsi, akan kehormatan diri dari para anggota wakil kita di atas. Namun itu, saya merasa perlu untuk berhati-hati agar tidak terjebak pada suatu vonis yang tidak berdasar. Dalam hal ini saya melihat bahwa koment Kang Panzer perlu saya maknai (wah serius amat nikh saya) apa maksudnya dari kalimat "Bawa payung gak kang...?". namun itu saya mencoba untuk menempatkan kata payung tersebut sebagai "payung hukum". karena ini nampaknya, bahwa sebagaimana dikatakan oleh anggota BK-DPR tersebut bahwa "studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan". kalau sudah wajib tentu saja kita tida bisa menolak dengan mudah, karena betatapun tidak tepatnya alasan tersebut, melalui perlindungan "payung hukum" yang ada bisa menjadi sah. walau sesungguhnya kita tidak setuju, tetapi ketidak setujuan tidak cukup untuk bisa mencegah rencana kepergian tersebut.
Terus terang saya tidak tahu, seberapa besar kekuatan kewajiban untuk melakukan sebuah studi banding di dalam hukum atau peraturan kita. Namun itu saya berharap bahwa kelak, bila memang aturan tersebut itu tidak bisa diganggu gugat, kelak aturan yang "sia-sia" tersebut dihapuskan.
Iwan Gunawan
• Melihat dari adanya gejala apa yang disebut oleh Bung Frans dimana wakil kita cenderung punya "Alasan sering tidak rasional", maka bagi kang Abung identifikasi diri yang dikemukkan oleh sang anggota BK-DPR tersebut 'katak dalam tempurung'......adalah tidak tepat. Namun, bagi kang Abung yang lebih tepat adalah 'kura-kura'. Kang Abung menegaskan dengan memaparkan lebih lanjut mengenai sipat kura-kura yang diantaranya adalah :
1. kalo ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang kerau.
2. kalo jalan tidak bisa cepat,
3. Mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,
4. untuk bertelur menggali lubang dulu,,,
sifat-sifat tersebut diindikasikan sedang diidap wakil kita. dimana wakil kalo ada yang cuap2, protes, unjuk rasa,i aspirasi rakyat yang merugikan dia. dia berlindung di balik cangkang (gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,). atau jarang yang mau untuk langsung berdialog dengan mereka yang unjuk rasa.
selain itu dinilainya juga bahwa pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya (sidang sambil bo2,,,). Juga ditegaskan kang Abung bahwa sekarang sering ditemukan wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang. juga wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,) dari publik.
Namun itu, meski begitu jelas dipaparkan dan dalam hal ini menarik bagi saya dimana kang Abung masih merasa belum yakin sehingga kemudian ia bertanya "apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2 ? dan juga sekaligus mohon maaf karena merasa awam mengenai politik.
Bagi saya, apa yang terungkap dari pandangan kang Abung, merupakan sebuah realitas yang dimiliki banyak orang, bahwa begitu banyak hal yang tidak "adil dan bijaksana" berjalan di negeri ini, namun tak kuasa untuk menghadapinya. Meski kini alam demokrasi memberikan ruang bagi setiap orang, berhak untuk melakukan unjuk rasa, namun dalam kenyataannya tidak semua orang merasa sanggup untuk melakukannya. dimana banyak pertimbangan yang bisa dikemukakan. Dalam hal ini keteladanan merupakan harapan besar rakyat agar bisa dilakukan oleh para pemimpin. meski hal ini, memang agak sulit diharapkan, akan tetapi kebanyakan orang adalah semacam itu. buka persoalan ganti kekuasaan saja, tetatpi yang ebih utama adalah akhlaq atau perilaku atau etika para pemimpin kita.
Hal ini menjadi ironis, disaat rakyat membutuhkan dialog yang santun dan akrab dengan wakilnya, namun pada sisi lain, wakil kita dengan begitu ambisinya mengatakan bahwa "studi banding adalah wajib bagi anggota Dewan". sebetulnya lebih wajib manakah antara belajar etika ke Yunani dengan kewajiban untuk melakukan dialog dengan rakyat yang diwakilinya.
Tentu saja hal ini akan menjadi persoalan baru dikelak kemudiaan hari saat-saat mereka kembali ke negeri sendiri, sebab dalam kenyataannya sebagaimana dikatakan kang Abung
"studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20."
Benarkah niat "membangun negeri" di dalam benak para anggota dewan kita, diletakan secara sungguh-sungguh dan tertanam dalam sebagai hasrat mencintai rakyat yang diwakilinya ?
salam untuk semuanya...
makasih.
Ada Katak, di Senayan ?
Ada Katak, di Senayan ?[1]
Ia berpendapat, pengalaman melihat praktik BK di luar negeri akan memberikan wawasan dan membuat anggota Dewan tak menjadi "katak dalam tempurung". "Ke luar negeri itu wajib. Agar kita tidak katak dalam tempurung," ujar Nudirman, di Gedung DPR, Jakarta , Selasa (19/10/2010).
Apa saja yang akan dipelajari di Yunani? Dikatakan Nudirman, banyak hal yang akan dipelajari. Diantaranya mengenai etika perilaku anggota Dewan dan tata beracara BK di negara tersebut. "Kita ingin tahu apakah kalau ada laporan terhadap anggota yang juga dilakukan anggota Dewan harus menunggu Pimpinan DPR? Ini terkait kasus kita yang terakhir, ada laporan terhadap Pimpinan DPR," terang Nudirman.
Ia melanjutkan, hal lain adalah mengenai etika perilaku anggota Dewan setempat. "Misalnya, tentang anggota yang merokok. Kita akan lihat bagaimana dunia mengatur anggota parlemen yang merokok. Kemudian soal pakaian, kalau kita kan diatur, bagaimana di negara orang. Soal cara ngomong juga, bagaimana. Apakah cukup dengan mengangkat tangan, kemudian bicara, atau seperti apa," paparnya.
Ketika ditanya, apakah hasil studi banding akan menghasilkan revisi atas aturan-aturan BK, Nudirman menjawab, "Iya lah, nanti akan ada perubahan," katanya.
· Frans. Nadeak Alasan sering tidak rasional
· Panzer Nuwun Sewu Bawa payung gak kang...?
'katak dalam tempurung'...tidak tepat untuk wakil kita,,yang tepat itu 'kura-kura' mengapa demikian.kita telusuri dulu sipat kura2,kalo dia ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang keras itu,dia kalo jalan tidak b...isa cepat,mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,bertelur menggali lubang dulu,,,sekarang wakil kita. wakil kalo ada yang cuap2,protes,unjuk rasa,aspirasi rakyat yang merugikan dia.dia berlindung di balik cangkang(gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,).pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya(sidang sambil bo2,,,).sekarang sering ditemuka wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang.wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,)dari publik.
apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2!.... maaf kalo ada yang tersinggung...ini hanya argumen saya. namanya org awam politik,wajar kalo salah ngomong.orang pintar saja kalo ngomong salah2......
studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20.
apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2!.... maaf kalo ada yang tersinggung...ini hanya argumen saya. namanya org awam politik,wajar kalo salah ngomong.orang pintar saja kalo ngomong salah2......
studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20.
Hal ini setidaknya secara implisit terungkap dari pengakuan Wakil Ketua DPR RI Priyo ...Budi Santoso, yang juga politisi Partai Golkar, kepada para wartawan, Kamis (21/10/2010) di Gedung DPR RI.
"Kami tidak punya wewenang banyak untuk mencoret rencana kunjungan kerja ke luar negeri. Terlebih kalau ternyata seumur-umur badan tersebut belum pernah kunker ke luar negeri, sementara komisi lain sudah pernah. Pimpinan (DPR) juga takkan enak hati menolaknya," ujarnya.
Wah, itu bagi-bagi jatah dong? "Ya, pada intinya, kami dari pimpinan tidak boleh semena-mena untuk membatalkan tanpa alasan yang legal dan berrdasarkan kepatutan. Mereka belum pernah kunjungan ke luar negeri. Pastilah kalau Anda di posisi pimpinan, Anda juga merasa tak enak hati," sambung Priyo lagi.
Namun, sambungnya, pimpinan telah memberikan catatan agar BK harus mengungkapkan maksud dan tujuan kunker ke luar negeri di depan publik melalui pers.
Mereka juga diminta mengumumkan hasil kunker sepulang ke tanah air. "Ini catatan yang kami berikan dengan tinta emas, perak atau tinta merah," tegas Priyo.
"Kami tidak dalam posisi membatalkan. Kami apresiasi masukan masyarakat, tetapi masalah etika mungkin hal yang spontan tanpa mengurangi TOR (term of reference). Kunjungan ke luar negeri sangat diperlukan," kata Taufik kepada para wartawan di Gedung DPR,
Taufik tak menyangkal bahwa dirinya yang memberikan izin atas rencana kunjungan kerja tersebut. Namun, politisi Partai Amanat Nasional ini mengatakan, izin tersebut diberikan setelah ada rapat pimpinan DPR.
"Prinsipnya, ini hasil rapat pimpinan. Sebelum berangkat, kami sudah meminta harus ada jumpa pers untuk menyampaikan TOR dan hasilnya setelah kunjungan kerja," katanya.
Hingga H-2, BK DPR belum menyampaikan agendanya secara terbuka kepada publik. Belum jelas kapan agenda tersebut akan diumumkan kepada publik. Padahal, hal ini adalah persyaratan yang diajukan pimpinan DPR.
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Anis Matta, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, mengaku mendukung rencana kunjungan kerja Badan Kehormatan DPR RI ke Yunani.
BK, yang berangkat pada hari Sabtu mendatang, mengaku ...hendak belajar etika dari Yunani. Anis mengakui bahwa adanya potensi ketidakefisienan dan ketidakefektifan pada kunjungan kerja BK ke Yunani.
"Namun, saat ini kunjungan kerja adalah satu-satunya cara. Belum ada substitusinya," ujarnya kepada para wartawan di Gedung DPR RI,Jakarta , Kamis (21/10/2010).
Dikatakan Anis, saat ini DPR belum memiliki infrastruktur legislasi yang berbasis riset. Akibatnya, dalam proses penyusunan perundang-undangan, para anggota DPR banyak melakukan benchmarking, atau imitasi dan modifikasi produk legislasi dari negara lain yang lebih maju.
"Ke depan, DPR akan membangun infrastruktur law center dan riset sehingga rencana kunjungan kerja ke luar negeri dapat dikurangi," ujar Anis singkat.
BK, yang berangkat pada hari Sabtu mendatang, mengaku ...hendak belajar etika dari Yunani. Anis mengakui bahwa adanya potensi ketidakefisienan dan ketidakefektifan pada kunjungan kerja BK ke Yunani.
"Namun, saat ini kunjungan kerja adalah satu-satunya cara. Belum ada substitusinya," ujarnya kepada para wartawan di Gedung DPR RI,
Dikatakan Anis, saat ini DPR belum memiliki infrastruktur legislasi yang berbasis riset. Akibatnya, dalam proses penyusunan perundang-undangan, para anggota DPR banyak melakukan benchmarking, atau imitasi dan modifikasi produk legislasi dari negara lain yang lebih maju.
"Ke depan, DPR akan membangun infrastruktur law center dan riset sehingga rencana kunjungan kerja ke luar negeri dapat dikurangi," ujar Anis singkat.
Selamat siang semuanya, terima kasih teman teman memberikan koment atas note di atas, walau sesungguhnya itu bukanlah merupakan tulisa saya akan tetapi saya menyuguhkan sebagai bahan sharing saja, sambil mengisi waktu. namun mudah-mudahan h...al itu bisa bermanfaat.
terus terang saja, saat kata "Katak" terbaca, saya sampai ini belum begitu faham perbedaan kata "katak" dengan "kodok", jenis katak yang pertama kali saya tahu adalah apa yang disebut "bangkong" dalam bahasa sunda. dan saat saya kecil tentu saja saya belum mengenal apa yang beberapa tahun kemudian saya tahu bahwa ada apa yang disebut "bangkong sawah". Katak sebagai bangkong yang pertama kali saya tahu adalah katak yang biasanya ada di halaman rumah. berwarna hijau tua, agak mengerikan. dan juga berbintik-bintik menonjol semacam jerawat di pipi manusia "jerawatan".
Dalam hal ini. meski persoalan ini kecil, tetapi bagi saya merupakan hal penting agar bisa teridentifikasi, dimana dengan identifikasi itulah kita bisa memberikan sebuah pemaknaan pada sesuatu hal.
setidak-tidaknya ada dua persoalan mengenai kata "katak" dan "kodok" yang bisa saya kemukakan: pertama, apakah memang kata "katak" dan "kodok" menunjuk pada satu jenis binatang saja. ataukah memang secara nyata "katak" dan "kodok" itu berbeda.Kedua, jika kedua kata itu sebenarnya menunjuk pada jeinis binatang yang sama, lalu bisakah kata "katak" di dalam kalimat pengibaratan "bagai katak dalam tempurung" diganti dengan " bagai kodok dalam tempurung" tapi saya kira, sedikiti orang mengucapkan kalimat itu, bahkan mungkin teman-yeman belum pernah mendengarnya. Mungkin juga pernah mendengar, akan tetapi bisa jadi dia lupa-lupa pada pengibaratan itu. Dal hal lupa ini, bisa jadi dalam bayangan pengujarnya, kata "katak" dan "kodok" merupakan sesuatu hal yang sama. Dalam hal ini, saya merasa senang, bila ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai adanya dua kata "katak" dan "kodok" ini.
terus terang saja, saat kata "Katak" terbaca, saya sampai ini belum begitu faham perbedaan kata "katak" dengan "kodok", jenis katak yang pertama kali saya tahu adalah apa yang disebut "bangkong" dalam bahasa sunda. dan saat saya kecil tentu saja saya belum mengenal apa yang beberapa tahun kemudian saya tahu bahwa ada apa yang disebut "bangkong sawah". Katak sebagai bangkong yang pertama kali saya tahu adalah katak yang biasanya ada di halaman rumah. berwarna hijau tua, agak mengerikan. dan juga berbintik-bintik menonjol semacam jerawat di pipi manusia "jerawatan".
Dalam hal ini. meski persoalan ini kecil, tetapi bagi saya merupakan hal penting agar bisa teridentifikasi, dimana dengan identifikasi itulah kita bisa memberikan sebuah pemaknaan pada sesuatu hal.
setidak-tidaknya ada dua persoalan mengenai kata "katak" dan "kodok" yang bisa saya kemukakan: pertama, apakah memang kata "katak" dan "kodok" menunjuk pada satu jenis binatang saja. ataukah memang secara nyata "katak" dan "kodok" itu berbeda.Kedua, jika kedua kata itu sebenarnya menunjuk pada jeinis binatang yang sama, lalu bisakah kata "katak" di dalam kalimat pengibaratan "bagai katak dalam tempurung" diganti dengan " bagai kodok dalam tempurung" tapi saya kira, sedikiti orang mengucapkan kalimat itu, bahkan mungkin teman-yeman belum pernah mendengarnya. Mungkin juga pernah mendengar, akan tetapi bisa jadi dia lupa-lupa pada pengibaratan itu. Dal hal lupa ini, bisa jadi dalam bayangan pengujarnya, kata "katak" dan "kodok" merupakan sesuatu hal yang sama. Dalam hal ini, saya merasa senang, bila ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai adanya dua kata "katak" dan "kodok" ini.
"Alasan sering tidak rasional", kata bung Frans memberikan Koment atas perilaku anggota parlemen yang saat ini sedang merencakan untuk melaksanakan sebuah kehenda pergi ke Yunani dalam rangka belajar etika. Lalu kehendak siapakah kegiatan ...untuk melaksanakan studi banding tersebut ? apakah kehendak rakyat ataukah kehendak pribadinya ? Tentu saja, bila dilhat dari koment bung Frans, bahwa kehendak itu tidak rasional dalam arti masuk akal "rakyat banyak".
Dalam hati saya rencana itu memang tidak masuk akal. Memang pada sesungguhnya kita perlu untuk mengenal budaya bangsa lain, juga termasuk peradaban teknologinya. Namun itu, apakah untuk belajar etika tidak ada cara lain yang lebih "adil dan bijaksana", seperti dengan mengundang para ahli etika yang cukup banyak diIndonesia . apalagi bila hanya untuk belajar perkara atau soal aturan berpakaian dan juga aturan cara ngomong. sebagaimana dikemukakan salah seorang anggota dari Badan Kehormatan sebagaimana di atas.
Tentu saja, kita merasa sangsi, akan kehormatan diri dari para anggota wakil kita di atas. Namun itu, saya merasa perlu untuk berhati-hati agar tidak terjebak pada suatu vonis yang tidak berdasar. Dalam hal ini saya melihat bahwa koment Kang Panzer perlu saya maknai (wah serius amat nikh saya) apa maksudnya dari kalimat "Bawa payung gak kang...?". namun itu saya mencoba untuk menempatkan kata payung tersebut sebagai "payung hukum". karena ini nampaknya, bahwa sebagaimana dikatakan oleh anggota BK-DPR tersebut bahwa "studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan". kalau sudah wajib tentu saja kita tida bisa menolak dengan mudah, karena betatapun tidak tepatnya alasan tersebut, melalui perlindungan "payung hukum" yang ada bisa menjadi sah. walau sesungguhnya kita tidak setuju, tetapi ketidak setujuan tidak cukup untuk bisa mencegah rencana kepergian tersebut.
Terus terang saya tidak tahu, seberapa besar kekuatan kewajiban untuk melakukan sebuah studi banding di dalam hukum atau peraturan kita. Namun itu saya berharap bahwa kelak, bila memang aturan tersebut itu tidak bisa diganggu gugat, kelak aturan yang "sia-sia" tersebut dihapuskan.
Dalam hati saya rencana itu memang tidak masuk akal. Memang pada sesungguhnya kita perlu untuk mengenal budaya bangsa lain, juga termasuk peradaban teknologinya. Namun itu, apakah untuk belajar etika tidak ada cara lain yang lebih "adil dan bijaksana", seperti dengan mengundang para ahli etika yang cukup banyak di
Tentu saja, kita merasa sangsi, akan kehormatan diri dari para anggota wakil kita di atas. Namun itu, saya merasa perlu untuk berhati-hati agar tidak terjebak pada suatu vonis yang tidak berdasar. Dalam hal ini saya melihat bahwa koment Kang Panzer perlu saya maknai (wah serius amat nikh saya) apa maksudnya dari kalimat "Bawa payung gak kang...?". namun itu saya mencoba untuk menempatkan kata payung tersebut sebagai "payung hukum". karena ini nampaknya, bahwa sebagaimana dikatakan oleh anggota BK-DPR tersebut bahwa "studi banding ke luar negeri wajib dilakukan anggota Dewan". kalau sudah wajib tentu saja kita tida bisa menolak dengan mudah, karena betatapun tidak tepatnya alasan tersebut, melalui perlindungan "payung hukum" yang ada bisa menjadi sah. walau sesungguhnya kita tidak setuju, tetapi ketidak setujuan tidak cukup untuk bisa mencegah rencana kepergian tersebut.
Terus terang saya tidak tahu, seberapa besar kekuatan kewajiban untuk melakukan sebuah studi banding di dalam hukum atau peraturan kita. Namun itu saya berharap bahwa kelak, bila memang aturan tersebut itu tidak bisa diganggu gugat, kelak aturan yang "sia-sia" tersebut dihapuskan.
· Melihat dari adanya gejala apa yang disebut oleh Bung Frans dimana wakil kita cenderung punya "Alasan sering tidak rasional", maka bagi kang Abung identifikasi diri yang dikemukkan oleh sang anggota BK-DPR tersebut 'katak dalam tempurung'......adalah tidak tepat. Namun, bagi kang Abung yang lebih tepat adalah 'kura-kura'. Kang Abung menegaskan dengan memaparkan lebih lanjut mengenai sipat kura-kura yang diantaranya adalah :
1. kalo ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang kerau.
2. kalo jalan tidak bisa cepat,
3. Mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,
4. untuk bertelur menggali lubang dulu,,,
sifat-sifat tersebut diindikasikan sedang diidap wakil kita. dimana wakil kalo ada yang cuap2, protes, unjuk rasa,i aspirasi rakyat yang merugikan dia. dia berlindung di balik cangkang (gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,). atau jarang yang mau untuk langsung berdialog dengan mereka yang unjuk rasa.
selain itu dinilainya juga bahwa pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya (sidang sambil bo2,,,). Juga ditegaskan kang Abung bahwa sekarang sering ditemukan wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang. juga wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,) dari publik.
Namun itu, meski begitu jelas dipaparkan dan dalam hal ini menarik bagi saya dimana kang Abung masih merasa belum yakin sehingga kemudian ia bertanya "apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2 ? dan juga sekaligus mohon maaf karena merasa awam mengenai politik.
Bagi saya, apa yang terungkap dari pandangan kang Abung, merupakan sebuah realitas yang dimiliki banyak orang, bahwa begitu banyak hal yang tidak "adil dan bijaksana" berjalan di negeri ini, namun tak kuasa untuk menghadapinya. Meski kini alam demokrasi memberikan ruang bagi setiap orang, berhak untuk melakukan unjuk rasa, namun dalam kenyataannya tidak semua orang merasa sanggup untuk melakukannya. dimana banyak pertimbangan yang bisa dikemukakan. Dalam hal ini keteladanan merupakan harapan besar rakyat agar bisa dilakukan oleh para pemimpin. meski hal ini, memang agak sulit diharapkan, akan tetapi kebanyakan orang adalah semacam itu. buka persoalan ganti kekuasaan saja, tetatpi yang ebih utama adalah akhlaq atau perilaku atau etika para pemimpin kita.
Hal ini menjadi ironis, disaat rakyat membutuhkan dialog yang santun dan akrab dengan wakilnya, namun pada sisi lain, wakil kita dengan begitu ambisinya mengatakan bahwa "studi banding adalah wajib bagi anggota Dewan". sebetulnya lebih wajib manakah antara belajar etika ke Yunani dengan kewajiban untuk melakukan dialog dengan rakyat yang diwakilinya.
Tentu saja hal ini akan menjadi persoalan baru dikelak kemudiaan hari saat-saat mereka kembali ke negeri sendiri, sebab dalam kenyataannya sebagaimana dikatakan kang Abung
"studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20."
Benarkah niat "membangun negeri" di dalam benak para anggota dewan kita, diletakan secara sungguh-sungguh dan tertanam dalam sebagai hasrat mencintai rakyat yang diwakilinya ?
salam untuk semuanya...
makasih.
1. kalo ada yang mengganggu dia akan bersembunyi di balik cangkangnya yang kerau.
2. kalo jalan tidak bisa cepat,
3. Mulut kura2 sangat berbahaya dengan gigi tajamnya,
4. untuk bertelur menggali lubang dulu,,,
sifat-sifat tersebut diindikasikan sedang diidap wakil kita. dimana wakil kalo ada yang cuap2, protes, unjuk rasa,i aspirasi rakyat yang merugikan dia. dia berlindung di balik cangkang (gedung yg mirip batok kura2 itu lho,,). atau jarang yang mau untuk langsung berdialog dengan mereka yang unjuk rasa.
selain itu dinilainya juga bahwa pembangunan di negara kita terlambat dan lemot,ada aspirasi dibahas dengan santainya (sidang sambil bo2,,,). Juga ditegaskan kang Abung bahwa sekarang sering ditemukan wakil yang mulutnya kotor dan tidak tahu sopan santun sidang. juga wakil kita sambil kerja sambil meraup atau mencari untung terus di kuburnya (diumpetin,,,) dari publik.
Namun itu, meski begitu jelas dipaparkan dan dalam hal ini menarik bagi saya dimana kang Abung masih merasa belum yakin sehingga kemudian ia bertanya "apakah ada kemiripan antara wakil dan kura2 ? dan juga sekaligus mohon maaf karena merasa awam mengenai politik.
Bagi saya, apa yang terungkap dari pandangan kang Abung, merupakan sebuah realitas yang dimiliki banyak orang, bahwa begitu banyak hal yang tidak "adil dan bijaksana" berjalan di negeri ini, namun tak kuasa untuk menghadapinya. Meski kini alam demokrasi memberikan ruang bagi setiap orang, berhak untuk melakukan unjuk rasa, namun dalam kenyataannya tidak semua orang merasa sanggup untuk melakukannya. dimana banyak pertimbangan yang bisa dikemukakan. Dalam hal ini keteladanan merupakan harapan besar rakyat agar bisa dilakukan oleh para pemimpin. meski hal ini, memang agak sulit diharapkan, akan tetapi kebanyakan orang adalah semacam itu. buka persoalan ganti kekuasaan saja, tetatpi yang ebih utama adalah akhlaq atau perilaku atau etika para pemimpin kita.
Hal ini menjadi ironis, disaat rakyat membutuhkan dialog yang santun dan akrab dengan wakilnya, namun pada sisi lain, wakil kita dengan begitu ambisinya mengatakan bahwa "studi banding adalah wajib bagi anggota Dewan". sebetulnya lebih wajib manakah antara belajar etika ke Yunani dengan kewajiban untuk melakukan dialog dengan rakyat yang diwakilinya.
Tentu saja hal ini akan menjadi persoalan baru dikelak kemudiaan hari saat-saat mereka kembali ke negeri sendiri, sebab dalam kenyataannya sebagaimana dikatakan kang Abung
"studi banding ke luar negeri?....biasanya yang di planing 'bawa oleh2 apa ya!,belanja apa ya!,uang saku berapa ya!,,, ' tidak ada niat membangun negeri atau study,ni niat nomer 20."
Benarkah niat "membangun negeri" di dalam benak para anggota dewan kita, diletakan secara sungguh-sungguh dan tertanam dalam sebagai hasrat mencintai rakyat yang diwakilinya ?
salam untuk semuanya...
makasih.
Senin, 11 Oktober 2010
BUAYA DARAT : AMFIBI DAN LELAKI ?
Laporan FGD tentang BUAYA DARAT : Binatang Amfibi atau Bukan ?
oleh Iwan Gunawan pada 11 Oktober 2010 jam 15:50
Naz Sha Morry, Titie Athiya, Delima De Wilde Sri dan Helwatin Najwa,
Arif Budiman Pinem dan
Ningrum Oei.
- Sutarto H Darmono bukan ampibi itu...klo buaya lbh ganas di air drpd di darat, buaya darat sebaliknya lbh ganas di darat...
- Hendrik Abung Somantri kalo buaya darat bukan amfibi mas....tp 'hewan ambisi'.....
- Agus Tianur Ba'ashen kalo buaya darat malah bisa hidup di empat alam..darat laut, udara dan akhir ini juga bisa mereka masuk di dunia maya terbukti sudah banyak yg jadi korbannya..
Bapak Tarto sebagai pengamat binatang ganas, melihat bahwa buaya darat merupakan binatang darat sejenis buaya yang keganasannya setara dengan buaya amfibi di air. sementara mas Hendrik hampir senada berpendapat bahwa buaya darat bukan amfib...i dan memiliki keganasan yang disebut dengan ambisi. Pandangan yang cukup kontroversi dikemukakan oleh mas Agus, bahwa buaya darat bukan hanya binatang amfibi akan tetapi juga hidup diudara (mungkin yang dimaksud adalah jaringan hp) dan juga dunia maya (bukan berarti maya rumantir, tetapi maya jaringan komunikasi internet). namun demikian, ada kesamaan pandangan dengan bapak Tarto dan mas Hendrik, bahwa budaya darat memiliki sifat untuk memangsa kurban.Untuk sementara disimpulkan bahwa budaya darat adalah binatang pemangsa kurban yang ganas. persoalannya adalah apa atau siapakah atau binatang apakah mangsa dari buaya darat ? hehehe ...
- Helwatin Najwa yang menjadi pertanyaan apakah buaya bisa menangis sehingga ada istilah air mata buaya?
- Helwatin Najwa sepertinya buaya darat, krn buaya air tdk ketahuan kapan menangisnya..kan dia di air
- Sutarto H Darmono air mata buaya bkn karena menangis...cm klilipen itu..
- Rina Серова IvaRksd iya bisa hidup dgn banyak wanita kayaknya jenis amfibi juga he he
- Helwatin Najwa kita selesaikan saja masalah airmata buaya dgn sentuhan kadal, hehe..
- Hendrik Abung Somantri "buaya" itu jenis kelaminnya perempuan lah....klo yang jenis kelamin laki2 "Paaya" namanya...wkwk..
- Hendrik Abung Somantri "Buaya" memang perempuan...klo yg jenis laki2 "hidung belang"....xixix.
- Agus Tianur Ba'ashen karena harga kulit buaya relaif mahal dan menjadi salah satu komoditas ekspor, maka buaya buaya tersebut perlu di ternakan dan dikembangbiakan..
- Helwatin Najwa hahaha...
Di sela-sela diskusi yang semakin hot ini, rupanya bu helwa kurang konsen, karena pandangannya terlalu jauh meloncat ke depan. dan terus berkutat dengan gagasan yang sedang diolahnya tentang " sentuhan kadal". terinspirasi oleh gagasan mas Agus mengenai kulit buaya yang bernilai eksport tinggi, bu Helwa nampaknya lebih melihat bahwa kulit kadal lebih prospek daripada kulit buaya, sebagaimana sebuah gagasan kreatif selalu membuahkan keriangan maka muncullah, kata "AHAA" yang menunjukkan bahwa ada gagasan brilian yang sangat berharga.
Selanjutnya, mas Agus yang mencoba menyimak secara perlahan-lahan diskusi mulai memikirkan potensi buaya sebagai komoditas eksport. dimana kulit buaya memilki nilai jual yang relatif besar yang bisa jadi nilainya sanggup melampaui dari nilai keuntungan Migas, atau bisa kita katakan potensi ekspor non-migas. namun sayang mas Agus lupa bahwa diskusi ini sedang membahas "buaya darat" bukan buaya (air). pertanyaannya apakah kulit "buaya darat" memiliki nilai kesport yang tinggi ?
- Titie Athiya tapi beda sama kucing Aku dia berani air, cos sering saya mandiin....hehehehe
- Helwatin Najwa mungkin karena kekerabatan antara sesama reptil maka sentuhan kadal pun dpt menjadi solusi, asal jangan dikadalin..mengingat bhw hal2 yg berkenaan dgn reptil ini persepsinya sering negatif
namun, itu sesungguhnya, bu Helwa nampaknya lebih fokus ke persoalan binatang reftil yang lebih besar mudharatnya. meski mudharat tetapi di dalam kadal sebagai salah satu binatang reptil memiliki manfaat yang tinggi, mungkin bisa juga memiliki nilai eksport, yaitu "sentuhan kadal" sebagai sebuah solusi atas persoalan manusia.
- Hendrik Abung Somantri : kesimpulannya adalah,,,,,itu semua bukan masalah.yang jd persoalan sekarang adalah...'keong racun',sinta n jojo menyebutkan,bahwa laki-laki adalah keong racun.darimana dia tau kalo keong adalah berjenis kelamin laki2!!! apakah keong racun l...ebih berbahaya daripada buaya darat,kadal,kucing dll.ini dari setiap bahasan diatas adalah semua hewan merayap dan merangkak.jd,jangan disamakan dengan manusia.karena manusia kalo jalan berdiri (red).kecuali orang yang senang merayap,merangkak dan telungkup,maka itulah reptil.(jaka sembung bawa kapak,nyambung apa tidak tuh).
Pembahasan diskusi untuk menemukan jawaban apakah "buaya darat" binatang amfibi atau bukan, serta karakternya, ternyata tidak bisa hanya didekati dari "kacamata kuda". namun itu perlu terus menggali gejala dan karakter binatang lainnya. Dal...am konteks ini ternyata buaya darat merupakan jenis dari reptil yang sejenis dengan kadal dan keong racun. ada dua hal yang menjadi kontroversi dari pandangan mas Hendrik, yaitu : 1) penolakan keong racun sebagai laki-laki, dan 2) bahwa semua hewan merangkak, sehingga manusia tidak bisa dikategorikan hewan.
Sebagai moderator saya belum mendapatkan argumen yang jelas penolakan dari mas Hendri dimana keong racun ada juga yang perempuan. berbeda dengan pendapatnya mas hendri bahwa "buaya darat" adalah perempuan, bagi saya pendapat ini sangat tepat dan mengena dari segi argumentnya karena berpijak dari konstitusi bahasa. dalam kaitannya dengan manusia, pendapat mas hendri berhadapan dengan teori darwin bahwa pada awalnya manusia adalah binatang merangkak. hanya kemudian melalui evolusi manusia kemudian suka ereksi, sehingga menjadi Phytecantropus erektus. sebutan sebagai binatang merangkak bahkan dikenali oleh para ahli politisi bahwa manusia adalah homo homini lupus (singa). namun itu, ada sisi positif dari manusia yang unggul, kandungan kadalnya yang bisa dianggap sebagai solusi, melalui sentuhan kadal.
Jumat, 19 Februari 2010
Visi Kultural untuk Menegakan Demokrasi Kebangsaan
Oleh : Iwan Gunawan
Pendahuluan.
Peradaban merupakan puncak kemajuan kehidupan suatu bangsa yang tertinggi. Melalui kemajuan peradaban, sebuah bangsa menjangkau luasnya hamparan semesta; menyelami kedalaman hakikat kehadiran manusia di bumi; bersinar terang di atas yang lainnya; mengembangkan mata rantai peradaban dunia; dan menjadi kiblat penuntun hidup umat manusia. Bersumber dari identitas keyakinan yang dipeluk dengan kuat oleh para warga. Menjadi dasar pergaulan serta kerjasama dalam hidup dengan sesama.
Peradaban merupakan buah dari kreasi manusia yang dimotivasi untuk patuh dan setia (fanatik) mewujudkan kecenderungan pada kebenaran, kebaikan dan keindahan . Terpancar dari gerak tubuh (amal perbuatan), rumusan pikiran hingga ungkapan spiritual. Menghasilkan jangkar bagi kesatuan budaya yang utuh dan terukir menjadi tangga yang kokoh untuk meningkatkan derajat kehidupan bagi kolektivitas masyarakat. Dicapai oleh rakyat yang berada dalam kondisi bebas untuk menentukan pilihan dalam mengamalkan nilai-nilai yang menjadi dasar hidup . Didukung oleh cita rasa akan kemerdekaan yang terwujud dalam bentuk negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat (demokrasi).
Terlaksananya kedaulatan rakyat penting ditopang melalui kehidupan warga yang saling mencintai, memiliki dorongan berkorban yang tinggi serta rasa persaudaraan yang mendalam (identitas kolektif). Terwujud dari kepribadian yang terbuka dan sanggup bertukar pikiran (dialog, musyawarah) untuk mendapatkan titik temu dari perbedaan dan menguatkan persamaan (Common Ground). Karenanya budaya masyarakat yang berperadaban hanya dapat dicapai, dieratkan dan diikatkan melalui sifat-sifat manusiawi, saling mencintai dan rela berkorban serta bersama-sama memelihara persaudaraan. Dimana setiap warga menempatkan hak azasi dari kemanusiaan sebagai pemilikan yang berharga baik bagi pribadi maupun sesamanya.
Secara keseluruhan sifat-sifat tersebut akan memberikan kebahagiaan bagi para pribadi warganya. Sifat-sifat yang mencerminkan kesanggupan memperluas pergaulan dan mempererat kerjasama yang memberikan peningkatan martabat kemanusiaan. Menjadi landasan sikap positif dan optimis terhadap perbedaan dengan menerimanya sebagai kenyataan. Dan menghargainya sebagai sumber kreasi bagi kehidupan yang lebih beradab.
Atas dasar itu, maka pendidikan menjadi hal utama dalam upaya menegakkan kehidupan berbangsa . Sebab, tanpa adanya pendidikan, perkembangan zaman menjadi stagnan (mandeg), disebabkan tiadanya manusia kreatif yang memiliki kesanggupan untuk memberikan respon dan pemecahan atas berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi; tiadanya para pelanjut tujuan hidup kolektif untuk memajukan kehidupan masyarakat; berkembangnya kecenderungan pribadi untuk mengedepankan kepentingan sempit dan picik. Tanpa adanya pendidikan, nilai-nilai pergaulan dan kerjasama yang menjadi dasar interaksi antar manusia menjadi luntur yang dapat mengakibatkan timbulnya banyak kejahatan dan kekacauan .
Puncak peradaban suatu bangsa terwujud dalam bentuk-bentuk visual yang indah. Hasil daya cipta dan ekspresi nurani dari dorongan kemanusiaan. Buah dari kesadaran para individu di dalam masyarakat dengan cita-rasa pribadi yang bukan hanya mementingkan kepastian ukuran dan hitungan akan tetapi lebih dari itu didasarkan pada imajinasi ke depan. Dengan demikian, bangsa yang berperadaban tidak hanya menyelami sejarah masa lalunya; dan memahami hasil-hasil yang telah dicapainya; namun juga memiliki pandangan yang jauh menembus ke depan, bagi kehidupan bangsanya. Punahnya peninggalan peradaban masa lalu dari sebuah bangsa, mencerminkan dari tidak tumbuhnya imajinasi para pewaris akan pentingnya pelestarian hasil-hasil peradaban sebagai khazanah inspirasi bagi kemajuan kolektif ke depan.
Masyarakat, budaya dan peradaban merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Partisipasi masyarakat merupakan sumber bagi terbentuknya nilai hidup bersama. Menjadi rangkaian budaya sebagai tangga masyarakat untuk mencapai puncak peradaban. Membentuk suatu bangsa dan negara (nation-state) yang merupakan kelanjutan dan sekaligus wadah perkembangan nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakatnya. Oleh karena itu peradaban merupakan penanda dari prestasi kemanusiaan kolektif. Sebagai usaha menuju kesejahteraan hidup (adil-makmur) warga negara yang berakar kuat pada budayanya. Hasil dari inisiatif para pribadi warga yang hak azasinya terlindungi dalam sebuah negara yang mengakui kedaulatan rakyat dan menerapkannya secara nyata (bukan demokrasi semu).
Negara merupakan bentuk terpenting dari suatu bangsa. Terdiri dari masyarakat (rakyat), pemerintahan dan hukum. Masyarakat berkewajiban mengamalkan nilai-nilai azasi dan berhak atas terpenuhinya tuntutan dasar; Pemerintah berkewajiban memenuhi tuntutan dasar rakyat dan berhak menjalankan kekuasaan; Dilandasi oleh hukum (nomokrasi) yang mengatur keseimbangan hak dan kewajiban diantara pemerintah dan rakyat yang bersumber pada nilai-nilai azasi dan selaras dengan tuntutan dasar rakyat (konstitusi). Hukum ditegakan untuk memberikan keadilan dan mencapai kemakmuran bagi rakyatnya.
Pemenuhan tuntutan dasar rakyat dilaksanakan pemerintah sesuai dengan perencanaan; pengamalan nilai-nilai azasi dilakukan masyarakat sesuai dengan aturan-aturan (regulasi). Rakyat berhak dan berkewajiban melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan (oposisi). Perencanaan adalah sejumlah rencana yang terbentuk melalui proses kesepakatan seluruh rakyat, berpijak pada nilai- nilai azasi dan tuntutan dasar rakyat (Propenas). Peraturan ditetapkan pemerintah secra bijaksaVa untuk menjalankan kekuasaan amanah perencanaan. Diikuti tindakan konsisten pemerintah sebagai upaya agar perencanaan dan peraturan dapat dilaksanakan (implementasi).
Proses perencanaan yang benar akan memberikan kebahagiaan pada rakyat, sehingga rakyat patuh dalam pelaksanaannya. Dan proses yang menyimpang mengakibatkan rakyat sengsara sehingga rakyat memberikan penolakan. Peraturan-peraturan yang baik membuat rakyat aman dan terlindungi sehingga rakyat menjaga ketertiban. Peraturan-peraturan yang buruk menimbulkan keresahan, sehingga rakyat melanggarnya. Dan tindakan-tindakan aparat pemerintah yang santun teladan dapat menjadikan rakyat senang sehingga rakyat menghormatinya. Tindakan-tindakan aparat pemerintah yang angkuh bejad menimbulkan kebencian sehingga rakyat menentangnya .
Dengan demikian, tuntutan dasar rakyat dapat tercapai dan nilai-nilai azasi bisa terwujud, melalui tegaknya perencanaan yang benar, berlakunya peraturan yang baik dan terlaksananya tindakan oleh aparat dengan cara yang santun (strategi, taktik dan teknis). Maka dari itu, rasa bahagia, aman dan senang rakyat hanya tercipta dalam kondisi adil ; juga rasa sengsara, gelisah dan benci tercipta ketika penindasan terjadi. Dengan tegaknya keadilan, rakyat merasakan kehidupan yang makmur. Dan melalui penindasan rakyat mengalami kemiskinan yang menjerat.
Masyarakat adil dan makmur tercermin dari adanya sikap toleransi yang tinggi yang menimbulkan kesediaan berkompromi untuk menjalin ikatan persaudaraan bersama sehingga membentuk keutuhan budaya. Masyarakat yang tertindas dan miskin terlihat dari adanya sikap ekstrim yang mengakibatkan suburnya sikap eksklusif dan mengarah pada terputusnya ikatan sosial-budaya. Maka, dalam ikatan warga yang erat, potensi kecerdasan rakyat meningkat menuju kemajuan peradaban; dan dalam jalinan warga yang terpecah potensi kecerdasan rakyat menjadi lemah sehingga kemajuan suatu bangsa mengalami hambatan bahkan kemunduran.
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang selalu mampu berada dalam posisi yang seimbang dengan rakyatnya. Baik dalam pengertian apresiasi kualitatif (sosial-budaya-agama) maupun aspirasi kuantitatif (politik-ekonomi). Karena itu, sebuah pemerintahan harus terbuka dalam pengertian demokratis. Agar keadilan dan kemakmuran dapat tercapai sejalan dengan tuntutan masyarakatnya (reinventing governance). Dimana kesanggupan pemerintah dalam merespon dinamika masyarakat secara tepat hanya mungkin bisa dilakukan dengan membuka diri terhadap kritik dari masyarakatnya.
Pemerintah yang adil dengan demikian adalah pemerintahan yang ditandai oleh adanya kebijakan yang memberikan ruang bagi aktualisasi rakyat dalam berpartisipasi yang didorong oleh apresiasi sosial-budaya (identitas) dan aspirasi politik-ekonomi. Dan rakyat yang makmur adalah kehidupan yang ditandai dengan adanya pertumbuhan yang disertai pemerataan dan dapat memberikan keseimbangan hidup warganya baik dari segi sosial-budaya maupun ekonomi politiknya.
Untuk mencapai kehidupan adil makmur pemerintah atas apresiasi dan aspirasi rakyat berkewajiban membangun tatanan bagi terciptanya : pemanfaatan kekayaan yang terbatas dan perluasan peluang bagi berkurangnya kemiskinan; terkendalinya kekuasaan dan ruang kebebasan untuk mengontrolnya; diakuinya eksternalisasi perbedaan dan terbukanya ruang bagi berkembangnya internalisasi persamaan; tumbuhnya ikatan pergaulan dan kerjasama yang sehat di dalam masyarakat. Dimana dinamika masyarakat menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakannya.
Dalam pengertian yang luas pemerintah bertugas mendorong dan meningkatkan segala hal positif sekaligus mengikis dan menghapuskan aspek negatif dalam kehidupan warganya. Dimana semua itu hanya mungkin terwujud nyata apabila sejalan dengan identitas kepercayaan pribadi para warganya. Bentuk dari kehendak untuk mencapai cita-cita negara yang menjunjung tinggi hak azasi manusia yang terjamin dari tatanan pemerintahan yang demokratis.
Tugas dari pemerintah dengan demikian adalah meningkatkan kecerdasan dan menghapuskan kebodohan; mendorong gairah kerja dan memberantas kemalasan; memperbesar ruang partisipasi dan memperkecil kecenderungan untuk mobilisasi; mendamaikan pertentangan dan menciptakan kerukunan. Dimana implementasinya dijalankan sebagai suatu keterpaduan dengan pertimbangan rasional-objektif akan kekuatan, kelemahan, hambatan, dan kesempatan untuk menghadapi ancaman dan tantangan bagi tercapainya kemajuan.
Majunya peradaban bangsa adalah gambaran bahwa nilai- nilai azasi masyarakat sangat kokoh sehingga perlu dilestarikan. Kemunduran peradaban mencerminkan bahwa nilai-nilai azasi bangsa sangat rapuh sehingga perlu pembaruan, perubahan atau pergantian. Dimana nilai-nilai dalam kehidupan bersama sudah tidak memberikan vitalitas dan kekuatan bagi masyarakatnya. Karenanya perlu dilakukan upaya menggali kembali nilai-nilai kebenaran dari sejarah kolektif dalam sebuah bangsa. Selain membandingkan dengan kemajuan bangsa lain untuk menemukan nilai-nilai baru yang dibutuhkan demi membangkitkan vitalitas budaya dan peradaban yang telah dicapai.
Nilai azasi bangsa yang benar (ma’ruf) adalah nilai azasi yang punya manfaat jangka panjang (nilai-nilai yang visioner) bagi pemenuhan tuntutan dasar rakyat untuk menuntun tahapan-tahapan perkembangan masyarakat (Pancasila, sebagai dasar negara). Nilai-nilai azasi yang salah (munkar) adalah nilai-nilai yang tidak memiliki daya dorong bagi tercapainya pemenuhan tuntutan dasar bersama. Dimana nilai-nilai yang salah selalu menjadi penghambat kemajuan (tradisional, jumud) dalam hidup bermasyarakat.
Hancurnya suatu peradaban serta mandegnya (stagnasi) kemajuan suatu masyarakat, dengan demikian memiliki dua kemungkinan, pertama, diakibatkan hukum alam bahwa satu kesatuan dari alam semesta sebagai makhluk Tuhan pasti mengalami kepunahan, kemusnahan dan kematian. Kedua, tingginya suatu peradaban menunjukan kedalaman pribadi warga masyarakatnya dalam meyakini identitasnya. Oleh karena itu, kehancuran suatu bangsa mencerminkan bahwa nilai-nilai azasi yang bersumber dari identitas yang dianut sudah tidak mampu memberikan dorongan (vitalitas) bagi kemajuan bangsanya.
Dengan demikian, kepercayaan yang menghasilkan peradaban akan menjadi sumber nilai bagi kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia. Maka puncak peradaban adalah bukti dari kuatnya dorongan pribadi warga masyarakat untuk cenderung kepada kebenaran yang bersumber dari keyakinan identitas. Nilai-nilai yang bersumber dari identitas kepercayaan yang demikian, bersifat universal, berlaku kapan saja, di mana saja dan bagi siapa saja.
Setiap bangsa yang menghendaki kemajuan karenanya penting untuk memiliki sikap terbuka dengan menjadikan nilai-nilai universal sebagai bagian dari nilai-nilai bangsanya. Dari jalinan itulah ikatan nilai bersama antar bangsa terbentuk, berfungsi sebagai kekuatan untuk menghapuskan penindasan dan kemiskinan; kebodohan dan kemalasan; serta kejahatan dan peperangan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Misi Pendidikan.
Kemajuan pembangunan suatu negara akan berkelanjutan apabila pemerintah menjalankan pendidikan secara luas, untuk mempersiapkan dengan serempak dan terencana bagi terwujudnya nilai azasi, sekaligus melaksanakan kewajiban pemenuhan tuntutan dasar rakyat. Pendidikan harus merupakan usaha yang bersistem yang dapat memberikan tuntunan sosial, membina kemampuan teknik administratif dan merangsang kreatifitas; guna mempersiapkan anak-didik hidup di masa paska pendidikan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk memberikan kemampuan pada rakyat; akan kesanggupan memimpin dalam arti mempertanggungjawabkan semua tindakan secara pribadi; memiliki i’tikad dan kekuatan bagi tercapainya masyarakat yang terbuka, sadar, damai, mulia dan terhormat. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk rekayasa budaya untuk menguatkan karakter positif dari masyarakat dan melemahkan karakter negatif demi kehidupan generasi penerusnya.
Bila tujuan negara adalah keadilan dan kemakmuran, maka pendidikan harus berorientasi pada keadilan dan kemakmuran. Pendidikan yang berorientasi pada keadilan adalah pendidikan yang mampu memberikan rangsangan bagi tumbuhnya kesadaran rakyat untuk mampu menjadi pemimpin yang dapat memenuhi tuntutan bagi tegaknya keadilan. Pendidikan yang berorientasi pada kemakmuran adalah pendidikan yang sanggup memberikan stimulasi bagi tumbuhnya kesadaran aktualisasi identitas (agama-etnik) sebagai motivasi bagi peningkatan kesejahteraan material, spiritual, fisik dan mental .
Kepemimpinan dan identitas (agama dan etnik) dengan demikian memiliki hubungan yang erat dalam pencapaian tujuan negara. Karenanya agama dituntut untuk memberikan sumbangan yang bermakna dalam merespon tantangan akan peningkatan derajat kehidupan berbangsa. Sehingga kepemimpinan dalam pencapaian tujuan negara terlaksana sejalan dengan tuntunan kehidupan beragama dan tuntutan obyektif kebutuhan rakyat.
Secara keseluruhan pendidikan yang benar adalah pendidikan yang dapat membentuk dan menguatkan karakter dan kepribadian rakyat secara kolektif untuk menuju bangsa yang adil dan makmur. Dengan demikian misi pendidikan bermakna sebagai proses menanamkan kesadaran akan pemilikan cita-cita dan kekayaan bangsa yang mendorong pada tindakan bagi pemeliharaan dan pencapaiannya. Dimana pergaulan dan kerjasama antar manusia dan bangsa secara nyata harus memberikan kemajuan bagi peningkatan martabat warganya.
Hambatan dari terciptanya keadilan dan kemakmuran yang paling serius adalah kesadaran atau sikap tradisional. Dimana para warga bangsa, baik yang ada di dalam pemerintahan maupun organ masyarakat masih berorientasi pada masa lalu dan tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Bentuk akibat dari pendidikan yang terlalu menekankan pewarisan nilai dengan mengabaikan tumbuhnya daya inovasi dan invensi. Suatu daya cipta yang dapat mendorong bagi tercapainya kemajuan secara kolosal menuju kehidupan yang lebih beradab.
Pendidikan dengan demikian, bukan hanya dimaksudkan untuk mempertahankan nilai-nilai lama yang baik akan tetapi juga ditujukan untuk memiliki kesanggupan menyerap nilai-nilai baru yang lebih baik. Lebih dari itu, pendidikan penting diletakan sebagai wahana transformasi dalam menjalin mata rantai peradaban. Dengan berpijak pada jantung budaya masyarakat yang menjadi vitalitas bagi tercapainya kemajuan. Nilai-nilai agama dan budaya digali sedalam-dalamnya untuk mengukuhkan tonggak bagi tercapainya kehidupan yang semakin beradab.
Pendidikan yang berhasil, tampak nyata dari; Terbinanya warga untuk menghargai hak azasi sesama bagi peningkatan martabat bangsanya; Tercapainya cita-cita melalui pengelolaan kekayaan bangsa yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat (demokrasi) sebagai syarat dari terciptanya pergaulan dan kerjasama yang akan memberikan kemajuan; Dan terbentuknya manusia yang memiliki etos untuk mewariskan prestasi bagi generasi ke depan sebagai bentuk perwujudan etis dalam menghargai dedikasi para pendahulu bangsanya.
Demokrasi dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Peradaban hanya mungkin dicapai apabila individu di dalam kolektif bangsa terlindungi hak azasinya. Dan hak azasi hanya mungkin bisa terlindungi apabila para warganya hidup secara beradab. Melalui demokrasi, upaya mencapai kehidupan yang beradab mendapat ruang untuk diperjuangkan. Dan melalui peradaban, kehidupan yang demokratis mendapatkan vitalitas untuk ditegakan.
Pendidikan merupakan hal terpenting bagi pencapaian kemajuan demokrasi dan peradaban suatu bangsa. Perlu dilandasi oleh sikap terbuka untuk menerima kebenaran sebagai dasar bagi pencapaian kemajuan. Sehingga secara integratif, pendidikan selalu terjalin dengan perkembangan jaman. Integratif dalam pengertian adanya hubungan yang reflektif antara ekonomi, politik, budaya dan identitas kepercayaan. Sebagai hasil dari jalinan komunikasi yang dialogis di antara masyarakat dan pemerintah.
Dengan demikian keadilan dan kemakmuran bisa dicapai secara berkelanjutan hanya dengan pembangunan karakter yang berakar pada cita-cita dan kekayaan bangsa. Karakter yang diharapkan untuk sanggup memimpin, bukan hanya untuk melestarikan kekayaan bangsa akan tetapi juga mengelola dan mengembangkannya. Demi memajukan kerjasama ekonomi, kohesivitas politik, solidaritas sosial, dan pergaulan yang berbudaya. Sehingga bisa menjadi jaminan bagi warga dalam upaya memperkokoh eksistensi negara yang demokratis menuju cita-cita bangsa. (Igj/Mar/2008/sdh)
1. Soekarno menandaskan hal ini dalam peringatan Isra Mi’raj 7 Februari 1959. "Tidak ada suatu bangsa dapat berhebat, jikalau batinnya tidak terbuat dari nur iman yang sekuat-kuatnya. Jikalau kita bangsa Indonesia ingin kekal, kuat, nomor satu jiwa kita harus selalu jiwa yang ingin Mi’raj—kenaikan ke atas—agar kebudayaan kita naik ke atas, supaya negara kita naik ke atas. Bangsa yang tidak mempunyai adreng, adreng untuk naik ke atas, bangsa yang demikian itu, dengan sendirinya akan gugur pelan-pelan dari muka Bumi (sirna ilang kertaning Bumi). Yudi Latif, “Membesarkan Jiwa Bangsa” Kompas, 16 Agustus 2007. Juga tertulis dalam catatan fathun Karib : "... Kita menyaksikan pembunuhan massal, korupsi, genocida, dan kejahatan lainnya sebagai bagian dari reaksi manusia menyerap cahaya dan memantulkannya dengan warna hitam....jelas kelam...lantas...semua kembali kepada manusia...karena kapasitas memantulkan cahaya dalam spektrum warna merah, biru, kuning, hijau, ungu atau abu-abu dan bahkan hitam ada pada genggaman tangannya....." dan "Peradaban manusia adalah sebuah lukisan yang dicampuradukkan manusia melalui hasil pemantulan-pemantulan cahaya"."Pada Mulanya Cahaya, Manusia dan Mesin Cetak Mitsubishi".
2 UUD 45 BAB XA Mengenai HAK ASASI MANUSIA, Pasal 28I menyatakan : “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.
3 Pada awal berdirinya, Indonesia pernah menjadi pelopor bangsa modern di Asia dan Afrika. Namun, suasana kejiwaan bangsa Indonesia mengalami pengerdilan. Ini ditandai dengan ditinggalkannya cara berpikir dan bertindak kosmopolitan, menjadi cenderung melihat ke dalam, sehingga status pelopor itu tak bisa dipertahankan, demikian Yudi Latif. Baginya, Budaya kosmopolitan itu terutama dimiliki pendiri Indonesia, seperti Soekarno dan Moh Hatta. Budaya itu mereka dapatkan dari pendidikan Belanda yang terbuka, egaliter, dan menanamkan kedalaman berpikir dengan cara membiasakan seseorang mempelajari berbagai pemikiran dari sumbernya. Ditegaskan Yudi, "Pendidikan harus egaliter, memberikan kedalaman berpikir, dan terjangkau sebagian besar orang. Pendidikan juga harus memerhatikan lokalitas setiap daerah sebab yang akan menang dalam persaingan di masa depan adalah mereka yang dapat mengawinkan potensi lokal dengan nilai universal" . “Kondisi Negara: Indonesia Kini Justru Alami Pengerdilan”, Kompas, 03 September 2007.
4 Tan Malaka menukilkan bahwa maksud pendidikan adalah : a) mendidik para murid menjadi orang-orang yang baik dan bajik; b) orang-orang dengan hati baik dan i’tikad baik; c) dan kekuatan untuk mewujudkan i’tikad baik itu menjadi perbuatan-perbuatan baik; pendidikan akhlaqlah yang menjadi tujuan utama. Selain itu ia menyatakan nilai-nilai pendidikan diantaranya: a) Kesenangan bersatu; b) rasa kasihan terhadap kaum miskin; c) menyatakan keprihatinannya baik dengan perkataan, tulisan dan tindakan; d) pikiran-pikiran menjadi sifatnya.
5 Imam Ali menasihatkan, "Jadikan kesukaanmu yang amat dekat pada segala sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran, paling luas dalam keadilan, dan paling meliputi kepuasan rakyat banyak. Sebab, kemarahan rakyat banyak mampu mengalahkan kepuasan kaum elite. Kemarahan kaum elite dapat diabaikan dengan adanya kepuasan rakyat banyak."
6 Eksistensi negara bergantung pada jaminan yang diberikan kepada warga negaranya. Jika tak memberikan jaminan, buat apa ada negara. Jaminan ini adalah salah satu dari tiga dasar demokrasi. Dua dasar lainnya adalah adanya perdebatan publik sebelum kebijakan dibuat dan identitas kolektif sebagai bangsa. Yudi Latif, “Kesejahteraan: Eksistensi Negara Tergantung Jaminan”, Kompas 20 April 2007
7 UUD 1945 BAB XIII, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pasal 31berbunyi : (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selain itu Pasal 32 Ayat 1 menyatakan : Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
8 Gotong royong
Pendahuluan.
Peradaban merupakan puncak kemajuan kehidupan suatu bangsa yang tertinggi. Melalui kemajuan peradaban, sebuah bangsa menjangkau luasnya hamparan semesta; menyelami kedalaman hakikat kehadiran manusia di bumi; bersinar terang di atas yang lainnya; mengembangkan mata rantai peradaban dunia; dan menjadi kiblat penuntun hidup umat manusia. Bersumber dari identitas keyakinan yang dipeluk dengan kuat oleh para warga. Menjadi dasar pergaulan serta kerjasama dalam hidup dengan sesama.
Peradaban merupakan buah dari kreasi manusia yang dimotivasi untuk patuh dan setia (fanatik) mewujudkan kecenderungan pada kebenaran, kebaikan dan keindahan . Terpancar dari gerak tubuh (amal perbuatan), rumusan pikiran hingga ungkapan spiritual. Menghasilkan jangkar bagi kesatuan budaya yang utuh dan terukir menjadi tangga yang kokoh untuk meningkatkan derajat kehidupan bagi kolektivitas masyarakat. Dicapai oleh rakyat yang berada dalam kondisi bebas untuk menentukan pilihan dalam mengamalkan nilai-nilai yang menjadi dasar hidup . Didukung oleh cita rasa akan kemerdekaan yang terwujud dalam bentuk negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat (demokrasi).
***
Demokrasi dan Peradaban.Terlaksananya kedaulatan rakyat penting ditopang melalui kehidupan warga yang saling mencintai, memiliki dorongan berkorban yang tinggi serta rasa persaudaraan yang mendalam (identitas kolektif). Terwujud dari kepribadian yang terbuka dan sanggup bertukar pikiran (dialog, musyawarah) untuk mendapatkan titik temu dari perbedaan dan menguatkan persamaan (Common Ground). Karenanya budaya masyarakat yang berperadaban hanya dapat dicapai, dieratkan dan diikatkan melalui sifat-sifat manusiawi, saling mencintai dan rela berkorban serta bersama-sama memelihara persaudaraan. Dimana setiap warga menempatkan hak azasi dari kemanusiaan sebagai pemilikan yang berharga baik bagi pribadi maupun sesamanya.
Secara keseluruhan sifat-sifat tersebut akan memberikan kebahagiaan bagi para pribadi warganya. Sifat-sifat yang mencerminkan kesanggupan memperluas pergaulan dan mempererat kerjasama yang memberikan peningkatan martabat kemanusiaan. Menjadi landasan sikap positif dan optimis terhadap perbedaan dengan menerimanya sebagai kenyataan. Dan menghargainya sebagai sumber kreasi bagi kehidupan yang lebih beradab.
Atas dasar itu, maka pendidikan menjadi hal utama dalam upaya menegakkan kehidupan berbangsa . Sebab, tanpa adanya pendidikan, perkembangan zaman menjadi stagnan (mandeg), disebabkan tiadanya manusia kreatif yang memiliki kesanggupan untuk memberikan respon dan pemecahan atas berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi; tiadanya para pelanjut tujuan hidup kolektif untuk memajukan kehidupan masyarakat; berkembangnya kecenderungan pribadi untuk mengedepankan kepentingan sempit dan picik. Tanpa adanya pendidikan, nilai-nilai pergaulan dan kerjasama yang menjadi dasar interaksi antar manusia menjadi luntur yang dapat mengakibatkan timbulnya banyak kejahatan dan kekacauan .
Puncak peradaban suatu bangsa terwujud dalam bentuk-bentuk visual yang indah. Hasil daya cipta dan ekspresi nurani dari dorongan kemanusiaan. Buah dari kesadaran para individu di dalam masyarakat dengan cita-rasa pribadi yang bukan hanya mementingkan kepastian ukuran dan hitungan akan tetapi lebih dari itu didasarkan pada imajinasi ke depan. Dengan demikian, bangsa yang berperadaban tidak hanya menyelami sejarah masa lalunya; dan memahami hasil-hasil yang telah dicapainya; namun juga memiliki pandangan yang jauh menembus ke depan, bagi kehidupan bangsanya. Punahnya peninggalan peradaban masa lalu dari sebuah bangsa, mencerminkan dari tidak tumbuhnya imajinasi para pewaris akan pentingnya pelestarian hasil-hasil peradaban sebagai khazanah inspirasi bagi kemajuan kolektif ke depan.
Masyarakat, budaya dan peradaban merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Partisipasi masyarakat merupakan sumber bagi terbentuknya nilai hidup bersama. Menjadi rangkaian budaya sebagai tangga masyarakat untuk mencapai puncak peradaban. Membentuk suatu bangsa dan negara (nation-state) yang merupakan kelanjutan dan sekaligus wadah perkembangan nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakatnya. Oleh karena itu peradaban merupakan penanda dari prestasi kemanusiaan kolektif. Sebagai usaha menuju kesejahteraan hidup (adil-makmur) warga negara yang berakar kuat pada budayanya. Hasil dari inisiatif para pribadi warga yang hak azasinya terlindungi dalam sebuah negara yang mengakui kedaulatan rakyat dan menerapkannya secara nyata (bukan demokrasi semu).
***
Nomokrasi dan Kerakyatan.Negara merupakan bentuk terpenting dari suatu bangsa. Terdiri dari masyarakat (rakyat), pemerintahan dan hukum. Masyarakat berkewajiban mengamalkan nilai-nilai azasi dan berhak atas terpenuhinya tuntutan dasar; Pemerintah berkewajiban memenuhi tuntutan dasar rakyat dan berhak menjalankan kekuasaan; Dilandasi oleh hukum (nomokrasi) yang mengatur keseimbangan hak dan kewajiban diantara pemerintah dan rakyat yang bersumber pada nilai-nilai azasi dan selaras dengan tuntutan dasar rakyat (konstitusi). Hukum ditegakan untuk memberikan keadilan dan mencapai kemakmuran bagi rakyatnya.
Pemenuhan tuntutan dasar rakyat dilaksanakan pemerintah sesuai dengan perencanaan; pengamalan nilai-nilai azasi dilakukan masyarakat sesuai dengan aturan-aturan (regulasi). Rakyat berhak dan berkewajiban melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan (oposisi). Perencanaan adalah sejumlah rencana yang terbentuk melalui proses kesepakatan seluruh rakyat, berpijak pada nilai- nilai azasi dan tuntutan dasar rakyat (Propenas). Peraturan ditetapkan pemerintah secra bijaksaVa untuk menjalankan kekuasaan amanah perencanaan. Diikuti tindakan konsisten pemerintah sebagai upaya agar perencanaan dan peraturan dapat dilaksanakan (implementasi).
Proses perencanaan yang benar akan memberikan kebahagiaan pada rakyat, sehingga rakyat patuh dalam pelaksanaannya. Dan proses yang menyimpang mengakibatkan rakyat sengsara sehingga rakyat memberikan penolakan. Peraturan-peraturan yang baik membuat rakyat aman dan terlindungi sehingga rakyat menjaga ketertiban. Peraturan-peraturan yang buruk menimbulkan keresahan, sehingga rakyat melanggarnya. Dan tindakan-tindakan aparat pemerintah yang santun teladan dapat menjadikan rakyat senang sehingga rakyat menghormatinya. Tindakan-tindakan aparat pemerintah yang angkuh bejad menimbulkan kebencian sehingga rakyat menentangnya .
Dengan demikian, tuntutan dasar rakyat dapat tercapai dan nilai-nilai azasi bisa terwujud, melalui tegaknya perencanaan yang benar, berlakunya peraturan yang baik dan terlaksananya tindakan oleh aparat dengan cara yang santun (strategi, taktik dan teknis). Maka dari itu, rasa bahagia, aman dan senang rakyat hanya tercipta dalam kondisi adil ; juga rasa sengsara, gelisah dan benci tercipta ketika penindasan terjadi. Dengan tegaknya keadilan, rakyat merasakan kehidupan yang makmur. Dan melalui penindasan rakyat mengalami kemiskinan yang menjerat.
Masyarakat adil dan makmur tercermin dari adanya sikap toleransi yang tinggi yang menimbulkan kesediaan berkompromi untuk menjalin ikatan persaudaraan bersama sehingga membentuk keutuhan budaya. Masyarakat yang tertindas dan miskin terlihat dari adanya sikap ekstrim yang mengakibatkan suburnya sikap eksklusif dan mengarah pada terputusnya ikatan sosial-budaya. Maka, dalam ikatan warga yang erat, potensi kecerdasan rakyat meningkat menuju kemajuan peradaban; dan dalam jalinan warga yang terpecah potensi kecerdasan rakyat menjadi lemah sehingga kemajuan suatu bangsa mengalami hambatan bahkan kemunduran.
***
Reinventing Governance.Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang selalu mampu berada dalam posisi yang seimbang dengan rakyatnya. Baik dalam pengertian apresiasi kualitatif (sosial-budaya-agama) maupun aspirasi kuantitatif (politik-ekonomi). Karena itu, sebuah pemerintahan harus terbuka dalam pengertian demokratis. Agar keadilan dan kemakmuran dapat tercapai sejalan dengan tuntutan masyarakatnya (reinventing governance). Dimana kesanggupan pemerintah dalam merespon dinamika masyarakat secara tepat hanya mungkin bisa dilakukan dengan membuka diri terhadap kritik dari masyarakatnya.
Pemerintah yang adil dengan demikian adalah pemerintahan yang ditandai oleh adanya kebijakan yang memberikan ruang bagi aktualisasi rakyat dalam berpartisipasi yang didorong oleh apresiasi sosial-budaya (identitas) dan aspirasi politik-ekonomi. Dan rakyat yang makmur adalah kehidupan yang ditandai dengan adanya pertumbuhan yang disertai pemerataan dan dapat memberikan keseimbangan hidup warganya baik dari segi sosial-budaya maupun ekonomi politiknya.
Untuk mencapai kehidupan adil makmur pemerintah atas apresiasi dan aspirasi rakyat berkewajiban membangun tatanan bagi terciptanya : pemanfaatan kekayaan yang terbatas dan perluasan peluang bagi berkurangnya kemiskinan; terkendalinya kekuasaan dan ruang kebebasan untuk mengontrolnya; diakuinya eksternalisasi perbedaan dan terbukanya ruang bagi berkembangnya internalisasi persamaan; tumbuhnya ikatan pergaulan dan kerjasama yang sehat di dalam masyarakat. Dimana dinamika masyarakat menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakannya.
Dalam pengertian yang luas pemerintah bertugas mendorong dan meningkatkan segala hal positif sekaligus mengikis dan menghapuskan aspek negatif dalam kehidupan warganya. Dimana semua itu hanya mungkin terwujud nyata apabila sejalan dengan identitas kepercayaan pribadi para warganya. Bentuk dari kehendak untuk mencapai cita-cita negara yang menjunjung tinggi hak azasi manusia yang terjamin dari tatanan pemerintahan yang demokratis.
Tugas dari pemerintah dengan demikian adalah meningkatkan kecerdasan dan menghapuskan kebodohan; mendorong gairah kerja dan memberantas kemalasan; memperbesar ruang partisipasi dan memperkecil kecenderungan untuk mobilisasi; mendamaikan pertentangan dan menciptakan kerukunan. Dimana implementasinya dijalankan sebagai suatu keterpaduan dengan pertimbangan rasional-objektif akan kekuatan, kelemahan, hambatan, dan kesempatan untuk menghadapi ancaman dan tantangan bagi tercapainya kemajuan.
***
Visi dan Vitalitas Kebangsaan.Majunya peradaban bangsa adalah gambaran bahwa nilai- nilai azasi masyarakat sangat kokoh sehingga perlu dilestarikan. Kemunduran peradaban mencerminkan bahwa nilai-nilai azasi bangsa sangat rapuh sehingga perlu pembaruan, perubahan atau pergantian. Dimana nilai-nilai dalam kehidupan bersama sudah tidak memberikan vitalitas dan kekuatan bagi masyarakatnya. Karenanya perlu dilakukan upaya menggali kembali nilai-nilai kebenaran dari sejarah kolektif dalam sebuah bangsa. Selain membandingkan dengan kemajuan bangsa lain untuk menemukan nilai-nilai baru yang dibutuhkan demi membangkitkan vitalitas budaya dan peradaban yang telah dicapai.
Nilai azasi bangsa yang benar (ma’ruf) adalah nilai azasi yang punya manfaat jangka panjang (nilai-nilai yang visioner) bagi pemenuhan tuntutan dasar rakyat untuk menuntun tahapan-tahapan perkembangan masyarakat (Pancasila, sebagai dasar negara). Nilai-nilai azasi yang salah (munkar) adalah nilai-nilai yang tidak memiliki daya dorong bagi tercapainya pemenuhan tuntutan dasar bersama. Dimana nilai-nilai yang salah selalu menjadi penghambat kemajuan (tradisional, jumud) dalam hidup bermasyarakat.
Hancurnya suatu peradaban serta mandegnya (stagnasi) kemajuan suatu masyarakat, dengan demikian memiliki dua kemungkinan, pertama, diakibatkan hukum alam bahwa satu kesatuan dari alam semesta sebagai makhluk Tuhan pasti mengalami kepunahan, kemusnahan dan kematian. Kedua, tingginya suatu peradaban menunjukan kedalaman pribadi warga masyarakatnya dalam meyakini identitasnya. Oleh karena itu, kehancuran suatu bangsa mencerminkan bahwa nilai-nilai azasi yang bersumber dari identitas yang dianut sudah tidak mampu memberikan dorongan (vitalitas) bagi kemajuan bangsanya.
Dengan demikian, kepercayaan yang menghasilkan peradaban akan menjadi sumber nilai bagi kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia. Maka puncak peradaban adalah bukti dari kuatnya dorongan pribadi warga masyarakat untuk cenderung kepada kebenaran yang bersumber dari keyakinan identitas. Nilai-nilai yang bersumber dari identitas kepercayaan yang demikian, bersifat universal, berlaku kapan saja, di mana saja dan bagi siapa saja.
Setiap bangsa yang menghendaki kemajuan karenanya penting untuk memiliki sikap terbuka dengan menjadikan nilai-nilai universal sebagai bagian dari nilai-nilai bangsanya. Dari jalinan itulah ikatan nilai bersama antar bangsa terbentuk, berfungsi sebagai kekuatan untuk menghapuskan penindasan dan kemiskinan; kebodohan dan kemalasan; serta kejahatan dan peperangan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
***
Kemajuan pembangunan suatu negara akan berkelanjutan apabila pemerintah menjalankan pendidikan secara luas, untuk mempersiapkan dengan serempak dan terencana bagi terwujudnya nilai azasi, sekaligus melaksanakan kewajiban pemenuhan tuntutan dasar rakyat. Pendidikan harus merupakan usaha yang bersistem yang dapat memberikan tuntunan sosial, membina kemampuan teknik administratif dan merangsang kreatifitas; guna mempersiapkan anak-didik hidup di masa paska pendidikan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk memberikan kemampuan pada rakyat; akan kesanggupan memimpin dalam arti mempertanggungjawabkan semua tindakan secara pribadi; memiliki i’tikad dan kekuatan bagi tercapainya masyarakat yang terbuka, sadar, damai, mulia dan terhormat. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk rekayasa budaya untuk menguatkan karakter positif dari masyarakat dan melemahkan karakter negatif demi kehidupan generasi penerusnya.
Bila tujuan negara adalah keadilan dan kemakmuran, maka pendidikan harus berorientasi pada keadilan dan kemakmuran. Pendidikan yang berorientasi pada keadilan adalah pendidikan yang mampu memberikan rangsangan bagi tumbuhnya kesadaran rakyat untuk mampu menjadi pemimpin yang dapat memenuhi tuntutan bagi tegaknya keadilan. Pendidikan yang berorientasi pada kemakmuran adalah pendidikan yang sanggup memberikan stimulasi bagi tumbuhnya kesadaran aktualisasi identitas (agama-etnik) sebagai motivasi bagi peningkatan kesejahteraan material, spiritual, fisik dan mental .
Kepemimpinan dan identitas (agama dan etnik) dengan demikian memiliki hubungan yang erat dalam pencapaian tujuan negara. Karenanya agama dituntut untuk memberikan sumbangan yang bermakna dalam merespon tantangan akan peningkatan derajat kehidupan berbangsa. Sehingga kepemimpinan dalam pencapaian tujuan negara terlaksana sejalan dengan tuntunan kehidupan beragama dan tuntutan obyektif kebutuhan rakyat.
Secara keseluruhan pendidikan yang benar adalah pendidikan yang dapat membentuk dan menguatkan karakter dan kepribadian rakyat secara kolektif untuk menuju bangsa yang adil dan makmur. Dengan demikian misi pendidikan bermakna sebagai proses menanamkan kesadaran akan pemilikan cita-cita dan kekayaan bangsa yang mendorong pada tindakan bagi pemeliharaan dan pencapaiannya. Dimana pergaulan dan kerjasama antar manusia dan bangsa secara nyata harus memberikan kemajuan bagi peningkatan martabat warganya.
Hambatan dari terciptanya keadilan dan kemakmuran yang paling serius adalah kesadaran atau sikap tradisional. Dimana para warga bangsa, baik yang ada di dalam pemerintahan maupun organ masyarakat masih berorientasi pada masa lalu dan tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Bentuk akibat dari pendidikan yang terlalu menekankan pewarisan nilai dengan mengabaikan tumbuhnya daya inovasi dan invensi. Suatu daya cipta yang dapat mendorong bagi tercapainya kemajuan secara kolosal menuju kehidupan yang lebih beradab.
Pendidikan dengan demikian, bukan hanya dimaksudkan untuk mempertahankan nilai-nilai lama yang baik akan tetapi juga ditujukan untuk memiliki kesanggupan menyerap nilai-nilai baru yang lebih baik. Lebih dari itu, pendidikan penting diletakan sebagai wahana transformasi dalam menjalin mata rantai peradaban. Dengan berpijak pada jantung budaya masyarakat yang menjadi vitalitas bagi tercapainya kemajuan. Nilai-nilai agama dan budaya digali sedalam-dalamnya untuk mengukuhkan tonggak bagi tercapainya kehidupan yang semakin beradab.
Pendidikan yang berhasil, tampak nyata dari; Terbinanya warga untuk menghargai hak azasi sesama bagi peningkatan martabat bangsanya; Tercapainya cita-cita melalui pengelolaan kekayaan bangsa yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat (demokrasi) sebagai syarat dari terciptanya pergaulan dan kerjasama yang akan memberikan kemajuan; Dan terbentuknya manusia yang memiliki etos untuk mewariskan prestasi bagi generasi ke depan sebagai bentuk perwujudan etis dalam menghargai dedikasi para pendahulu bangsanya.
***
Penutup.Demokrasi dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Peradaban hanya mungkin dicapai apabila individu di dalam kolektif bangsa terlindungi hak azasinya. Dan hak azasi hanya mungkin bisa terlindungi apabila para warganya hidup secara beradab. Melalui demokrasi, upaya mencapai kehidupan yang beradab mendapat ruang untuk diperjuangkan. Dan melalui peradaban, kehidupan yang demokratis mendapatkan vitalitas untuk ditegakan.
Pendidikan merupakan hal terpenting bagi pencapaian kemajuan demokrasi dan peradaban suatu bangsa. Perlu dilandasi oleh sikap terbuka untuk menerima kebenaran sebagai dasar bagi pencapaian kemajuan. Sehingga secara integratif, pendidikan selalu terjalin dengan perkembangan jaman. Integratif dalam pengertian adanya hubungan yang reflektif antara ekonomi, politik, budaya dan identitas kepercayaan. Sebagai hasil dari jalinan komunikasi yang dialogis di antara masyarakat dan pemerintah.
Dengan demikian keadilan dan kemakmuran bisa dicapai secara berkelanjutan hanya dengan pembangunan karakter yang berakar pada cita-cita dan kekayaan bangsa. Karakter yang diharapkan untuk sanggup memimpin, bukan hanya untuk melestarikan kekayaan bangsa akan tetapi juga mengelola dan mengembangkannya. Demi memajukan kerjasama ekonomi, kohesivitas politik, solidaritas sosial, dan pergaulan yang berbudaya. Sehingga bisa menjadi jaminan bagi warga dalam upaya memperkokoh eksistensi negara yang demokratis menuju cita-cita bangsa. (Igj/Mar/2008/sdh)
1. Soekarno menandaskan hal ini dalam peringatan Isra Mi’raj 7 Februari 1959. "Tidak ada suatu bangsa dapat berhebat, jikalau batinnya tidak terbuat dari nur iman yang sekuat-kuatnya. Jikalau kita bangsa Indonesia ingin kekal, kuat, nomor satu jiwa kita harus selalu jiwa yang ingin Mi’raj—kenaikan ke atas—agar kebudayaan kita naik ke atas, supaya negara kita naik ke atas. Bangsa yang tidak mempunyai adreng, adreng untuk naik ke atas, bangsa yang demikian itu, dengan sendirinya akan gugur pelan-pelan dari muka Bumi (sirna ilang kertaning Bumi). Yudi Latif, “Membesarkan Jiwa Bangsa” Kompas, 16 Agustus 2007. Juga tertulis dalam catatan fathun Karib : "... Kita menyaksikan pembunuhan massal, korupsi, genocida, dan kejahatan lainnya sebagai bagian dari reaksi manusia menyerap cahaya dan memantulkannya dengan warna hitam....jelas kelam...lantas...semua kembali kepada manusia...karena kapasitas memantulkan cahaya dalam spektrum warna merah, biru, kuning, hijau, ungu atau abu-abu dan bahkan hitam ada pada genggaman tangannya....." dan "Peradaban manusia adalah sebuah lukisan yang dicampuradukkan manusia melalui hasil pemantulan-pemantulan cahaya"."Pada Mulanya Cahaya, Manusia dan Mesin Cetak Mitsubishi".
2 UUD 45 BAB XA Mengenai HAK ASASI MANUSIA, Pasal 28I menyatakan : “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.
3 Pada awal berdirinya, Indonesia pernah menjadi pelopor bangsa modern di Asia dan Afrika. Namun, suasana kejiwaan bangsa Indonesia mengalami pengerdilan. Ini ditandai dengan ditinggalkannya cara berpikir dan bertindak kosmopolitan, menjadi cenderung melihat ke dalam, sehingga status pelopor itu tak bisa dipertahankan, demikian Yudi Latif. Baginya, Budaya kosmopolitan itu terutama dimiliki pendiri Indonesia, seperti Soekarno dan Moh Hatta. Budaya itu mereka dapatkan dari pendidikan Belanda yang terbuka, egaliter, dan menanamkan kedalaman berpikir dengan cara membiasakan seseorang mempelajari berbagai pemikiran dari sumbernya. Ditegaskan Yudi, "Pendidikan harus egaliter, memberikan kedalaman berpikir, dan terjangkau sebagian besar orang. Pendidikan juga harus memerhatikan lokalitas setiap daerah sebab yang akan menang dalam persaingan di masa depan adalah mereka yang dapat mengawinkan potensi lokal dengan nilai universal" . “Kondisi Negara: Indonesia Kini Justru Alami Pengerdilan”, Kompas, 03 September 2007.
4 Tan Malaka menukilkan bahwa maksud pendidikan adalah : a) mendidik para murid menjadi orang-orang yang baik dan bajik; b) orang-orang dengan hati baik dan i’tikad baik; c) dan kekuatan untuk mewujudkan i’tikad baik itu menjadi perbuatan-perbuatan baik; pendidikan akhlaqlah yang menjadi tujuan utama. Selain itu ia menyatakan nilai-nilai pendidikan diantaranya: a) Kesenangan bersatu; b) rasa kasihan terhadap kaum miskin; c) menyatakan keprihatinannya baik dengan perkataan, tulisan dan tindakan; d) pikiran-pikiran menjadi sifatnya.
5 Imam Ali menasihatkan, "Jadikan kesukaanmu yang amat dekat pada segala sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran, paling luas dalam keadilan, dan paling meliputi kepuasan rakyat banyak. Sebab, kemarahan rakyat banyak mampu mengalahkan kepuasan kaum elite. Kemarahan kaum elite dapat diabaikan dengan adanya kepuasan rakyat banyak."
6 Eksistensi negara bergantung pada jaminan yang diberikan kepada warga negaranya. Jika tak memberikan jaminan, buat apa ada negara. Jaminan ini adalah salah satu dari tiga dasar demokrasi. Dua dasar lainnya adalah adanya perdebatan publik sebelum kebijakan dibuat dan identitas kolektif sebagai bangsa. Yudi Latif, “Kesejahteraan: Eksistensi Negara Tergantung Jaminan”, Kompas 20 April 2007
7 UUD 1945 BAB XIII, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pasal 31berbunyi : (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selain itu Pasal 32 Ayat 1 menyatakan : Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
8 Gotong royong
Langganan:
Komentar (Atom)