Sabtu, 13 November 2010

PIDATO OBAMA


Assalamuallaikum,  Salah sejahtera.
Terima kasih kepada Universitas Indonesia beserta staf, mahasiswa dan Bapak Gumilar Rusliwa Somantri atas keramahan kalian. Terima kasih atas sambutan luar biasa ini. Terima kasih warga Jakarta dan terima kasih warga Indonesia.

Pulang kampung nih.

Saya sangat senang bisa ke Indonesia bersama Michelle. Kami mengawali tahun ini dengan buruk tetapi saya tetap bersikukuh untuk mengunjungi sebuah negara yang besar artinya bagi saya. Sayangnya, kunjungan ini sangat singkat. Tapi saya sedang berencana untuk kembali setahun mendatang saat Indonesia menjadi tuan rumah East Asia Summit (Forum Pertemuan Asia Timur).

Sebelum saya melangkah lebih jauh, saya ingin mengatakan bahwa saya bersimpati dengan warga Indonesia yang mengalami bencana tsunami dan letusan gunung berapi, terutama bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya ataupun mereka yang terlantar. Saya ingin anda tahu bahwa Amerika Serikat (AS) selalu berdiri bersama Indonesia dalam menangani bencana alam seperti ini dan kami senang karena bisa memberikan bantuan yang dibutuhkan. Sebagai tetangga, kita harus saling membantu terutama kepada keluarga-keluarga yang terlantar. Saya tahu kekuatan yang bangsa Indonesia miliki akan membuat bangsa ini mampu melewati semuanya, seperti yang pernah mereka tunjukkan dahulu.

Saya akan memulai dengan sebuah pernyataan sederhana: Indonesia adalah bagian dari saya. Pertama kali saya datang ke negeri ini adalah saat ibu saya menikah dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Sebagai anak kecil,  saya datang ke sebuah dunia yang berbeda tapi orang-orang Indonesia dengan cepat membuat saya merasa tinggal di rumah sendiri.

Jakarta sekarang jelas sangat berbeda dengan saat saya kecil dulu. Saat itu, Jakarta hanya memiliki sedikit gedung-gedung tinggi. Kembali ke 1967-1971, saat itu Hotel Indonesia adalah salah satu dari sedikit  gedung tinggi yang ada di Jakarta dan hanya ada satu department store yaitu Sarinah. Becak dan bemo adalah kendaraan automotif yang ada saat itu. Jumlah jalan raya kalah dengan jumlah jalanan tidak beraspal dan jalan kampung.

Kami tinggal di Menteng Dalam, di sebuah rumah kecil yang di depannya ada pohon mangga. Saya belajar bagaimana mencintai Indonesia dengan cara bermain laying-layang sambil menyusuri sawah, menangkap capung serta membeli sate dan bakso dari penjual keliling. Saya masih ingat bagaimana memanggil penjualnya: Bakso! Sate! Enak, ya? Namun hal yang sangat penting bagi saya, orang-orang di Jakarta menyambut kami seperti seorang tetangga. Serta, bagaimana guru-guru kami yang membantu kami belajar tentang dunia yang lebih luas.

Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa serta suku dari berbagai wilayah dan kelompok etnis. Pengalaman di Indonesia banyak membantu saya untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan seluruh bangsa. Seperti kebanyakan warga Indonesia, ayah saya dibesarkan sebagai seorang muslim. Dia sangat percaya bahwa semua agama harus dihargai. Dalam hal ini, dia merefleksikan semangat toleransi beragama yang terabadikan  dalam UU di Indonesia. Nilai itu pulalah yang masih tetap tinggal dan menjadi karakter Indonesia.

Saya tinggal di Indonesia selama empat tahun. Masa-masa itu telah membentuk masa kecil saya. Suatu masa di mana saya bisa melihat adik perempuan saya, Maya, lahir dan masa yang memberi kesan sangat kuat kepada ibu saya sehingga membuat dia tetap kembali ke Indonesia selama 21 tahun untuk bekerja dan melakukan perjalanan di Indonesia, mengejar hasrat besarnya dalam mempromosikan peluang di desa-desa di Indonesia, terutama peluang bagi wanita dan remaja putri. Wilayah-wilayah yang dikunjunginya dan orang-orang yang berada di sana selalu berada di hati ibu saya selama hidupnya. Saya begitu terhormat saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan untuknya semalam. Saya pun yakin ibu saya bangga dengan apa yang beliau dedikasikan selama ini.

Begitu banyak hal yang berubah dalam empat dekade sejak saya kembali ke Hawaii. Jika saya bertanya kepada teman, terutama teman sekolah saya yang tahu bahwa suatu saat nanti saya akan kembali, saya yakin di antara kami tidak ada yang menyangka bahwa saya akan kembali ke Jakarta sebagai presiden Amerika Serikat.

Jakarta pada zaman dahulu adalah yang kota yang padat. Penduduknya hampir 10 juta dengan gedung pencakar langit di Hotel Indonesia. Jakarta berkembang dengan pesat menjadi pusat budaya dan perdagangan. Dulu teman-teman Indonesia dan saya terbiasa lari-lari di sawah dengan kerbau dan kambing, namun generasi baru Indonesia saat ini adalah mereka yang termasuk paling melek internet di dunia. Mereka terhubung melalui telepon seluler dan jaringan sosial. Bukan hanya fokus untuk membangun di dalam negeri, Indonesia juga sedang tumbuh menjadi pemain utama di kawasan Asia Pasifik dan ekonomi global.

Perubahan ini juga berimbas pada politik. Saat ayah tiri saya masih anak-anak, dia melihat ayahnya sendiri dan kakaknya meninggalkan rumah untuk berjuang dan kemudian gugur saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saya senang berada di sini saat Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk menghormati pahlawan yang mengorbankan dirinya demi negara besar ini.

Saat saya pindah ke Jakarta pada 1967, itu adalah masa-masa di mana Indonesia sedang mengalami penderitaan besar dan konflik di berbagai belahan negeri ini. Meskipun ayah saya menjadi tentara, kekerasan dan pembunuhan yang terjadi saat itu tidak diketahui banyak orang karena hal-hal seperti itu tidak pernah diperbincangkan oleh keluarga Indonesia maupun teman-teman.

Di rumah saya, seperti di seluruh wilayah Indonesia, pembunuhan ataupun kekerasan tidak pernah hadir secara nyata. Indonesia memang merdeka, tetapi tidak pernah lepas dari rasa takut. Di tahun-tahun setelah itu, Indonesia telah menempa dirinya melalui transformasi demokrasi yang luar biasa-dari negara yang menganut hukum tangan besi ke sebuah negara yang menjalankan hukum atas kepentingan bangsa. Dalam tahun-tahun terakhir, dunia melihat harapan ketika Indonesia sanggup menjalani transformasi kekuatan secara damai dan Indonesia sanggup memilih pemimpinnya sendiri melalui pemilu.  Demokrasi anda disimbolkan dengan terpilihnya presiden dan anggota legislatif secara langsung.

Demokrasi Indonesia juga dipertahankan dan dikembangkan melalui mekanisme check and balance, masyarakat sipil yang dinamis, partai-partai, media yang mencerminnkan kebebasan pers, serta warga negara yang memastikan bahwa Indonesia akan tetap mempertahankan demokrasi. Tidak ada kata mundur untuk demokrasi.

 Meski negara masa kecil saya telah banyak berubah, beberapa hal yang saya pelajari tentang Indonesia ialah semangat toleransi yang tertanam dalam konstitusi. Ini terlihat pada keberadaan masjid, gereja dan kuil yang berdiri bersebelahan satu dengan yang lain. Bhinneka Tunggal Ika, perbedaan dalam kesatuan. Ini adalah dasar negara Indonesia yang dapat dijadikan contoh untuk dunia, dan inilah kenapa Indonesia memegang peranan penting di abad ke-21.


Hari ini saya kembali ke Indonesia tidak hanya sebagai kawan, namun juga sebagai presiden yang mencari kemitraan mendalam dan kokoh antara dua negara. Karena sebagai negara besar dan memiliki keragaman, sebagai tetangga di kedua sisi lautan Pasifik, dan sebagai negara berdemokrasi, Amerika Serikat dan Indonesia terikat bersama oleh kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai bersama.


Kemarin, Presiden Yudhoyono dan saya mengumumkan sebuah kemitraan komprehensif baru antar Amerika Serikat dan Indonesia. Kita meningkatkan ikatan antarpemerintahan di berbagai area. Dan yang terpenting, kita meningkatkan ikatan antarmasyarakat kami. Ini adalah mitra kesetaraan, didasari oleh kepentingan bersama dan saling menghormati.


Dengan sisa waktu saya hari ini, saya ingin membicarakan tentang cerita yang sebelumnya saya bicarakan. Cerita mengenai Indonesia yang sempat saya tinggali dahulu teramat penting untuk Amerika Serikat, dan untuk dunia. Saya akan fokus di tiga area yang berhubungan erat dan mendasar dari kemajuan manusia, yaitu pembangunan, demokrasi, dan kepercayaan.


Pertama, pertemanan antara Amerika Serikat dan Indonesia dapat memajukan kepentingan bersama kita di dalam pembangunan.   Saat saya pindah ke Indonesia, sangat sulit membayangkan masa depan di mana kesejahteraan keluarga di Chicago dan Jakarta akan dihubungkan. Akan tetapi ekonomi kita saat ini telah mengglobal, dan Indonesia telah mengalami globalisasi sejak terjadinya krisis moneter di tahun 1990-an. Artinya, apa yang kita pelajari dari krisis moneter baru-baru ini, kita memiliki cara pandang dalam keberhasilan masing-masing.


Amerika mengambil bagian dalam pertumbuhan Indonesia. Dengan kemakmuran yang merata di antara masyarakat Indonesia akan meniimbulkan peningkatan kelas menengah, yang berarti pasar baru untuk barang-barang kami. Seperti halnya Amerika adalah pasar bagi barang-barang asal Indonesia. Oleh karena itu, kami berinvestasi lebih di Indonesia. Ekspor kami telah tumbuh hampir 50% dan kami membuka pintu bagi masyarakat Amerika dan Indonesia untuk melakukan bisnis satu sama lain.


Amerika bersama Indonesia juga memainkan peran dalam ekonomi global. Itulah mengapam G-20 saat ini menjadi pusat kerja sama ekonomi internasional, sehingga negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki suara dan tanggung jawab yang besar. Indonesia harus memimpin di panggung dunia dan menjadi contoh dalam hal transparansi dan akuntabilitas antikorupsi.


Amerika bersama Indonesia menargetkan pembangunan yang berkelanjutan, karena hal itu menentukan kualitas hidup dan kesehatan planet kita. Itulah sebabnya kami mengembangkan teknologi energi bersih yang dapat memperkuat industri dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang berharga. Amerika juga menyambut kepemimpinan kuat negara anda dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim.


Di atas semua itu, Amerika memiliki bagian dalam keberhasilan masyarakat Indonesia. Berdasarkan berita utama hari ini, kita harus membangun jembatan antara masyarakat kita, karena di masa depan keamanan dan kemakmuran akan menjadi milik kita bersama. Itulah apa yang kita lakukan, dengan peningkatan kerja sama antara para ilmuwan dan peneliti, juga kerja sama untuk meningkatkan kewirausahaan. Saya sangat senang bahwa kami telah berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah mahasiswa Amerika dan Indonesia yang belajar di negara masing-masing. Kami ingin lebih banyak pelajar Indonesia di sekolah-sekolah Amerika, dan lebih banyak pelajar Amerika untuk datang belajar di negeri ini



Inilah isu-isu yang benar-benar penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Pembangunan bukan hanya tentang tingkat pertumbuhan dan angka-angka pada neraca keseimbangan. Ini adalah soal apakah seorang anak bisa mendapatkan keterampilan yang mereka butuhkan dan berhasil dalam dunia yang terus berubah? Ini adalah tentang apakah ide yang bagus diperbolehkan untuk tumbuh menjadi bisnis dan tidak dicekik oleh korupsi? Ini tentang apakah kekuatan-kekuatan yang telah mengubah Jakarta yang pernah saya kenal, teknologi dan perdagangan, diterjemahkan ke dalam kehidupan yang lebih baik untuk seluruh masyarakat Indonesia, untuk semua manusia, kehidupan yang ditandai oleh martabat dan kesempatan.


Pembangunan semacam ini tidak terlepas dari peran demokrasi. Hari ini, kita sering mendengar bahwa demokrasi berdiri seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Ini bukanlah sebuah argumen baru. Khususnya dalam masa perubahan dan ketidakpastian ekonomi, beberapa orang akan berkata bahwa lebih mudah untuk mengambil jalan pintas untuk pembangunan dengan memperdagangankan hak-hak manusia untuk kekuasaan negara. Tapi itu bukan apa yang saya lihat di perjalanan saya ke India, dan itu bukan apa yang saya lihat di Indonesia. Prestasi anda menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan memperkuat satu sama lain.


Seperti halnya demokrasi di negara manapun, anda telah melihat berbagai hambatan selama di perjalanan. Amerika tidaklah berbeda. Konstitusi kita sendiri berbicara tentang upaya untuk menempa sebuah ”persatuan lebih sempurna” dan itu adalah sebuah perjalanan yang kita tempuh sejak Perang Sipil dan perjuangan untuk memperluas hak semua warga negara kita. Namun, hal itu adalah proses yang memungkinkan kami menjadi lebih kuat dan lebih sejahtera, lebih adil dan bebas.

Seperti negara-negara lain yang muncul dari penjajahan pada abad lalu, Indonesia berjuang dan berkorban untuk hak anda. Itulah makna dari Hari Pahlawan. Tapi anda juga akhirnya memutuskan bahwa kebebasan bukan berarti mengganti tangan penjajah yang kuat dengan kekuatan anda sendiri. Tentu saja, demokrasi akan tak beraturan. Tidak semua orang menyukai hasil tiap pemilu. Anda akan melalui masa pasang surut. Namun, semua itu menjadi perjalanan berharga. Dibutuhkan lembaga-lembaga yang kuat untuk mengontrol kekuasaan. Dibutuhkan pasar terbuka yang memungkinkan individu untuk berkembang. Dibutuhkan pers bebas dan sistem peradilan yang independen untuk membasmi penyalahgunaan dan korupsi. Dibutuhkan masyarakat yang terbuka dan warga yang aktif untuk menolak ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Ini adalah kekuatan yang akan mendorong Indonesia. Itulah pesan dari masyarakat Indonesia yang sudah mahir berdemokrasi. Pesan dari orang-orang yang berperang dalam Pertempuran Surabaya 65 tahun silam, untuk para siswa yang berbaris secara damai untuk demokrasi pada 1990-an, untuk para pemimpin yang telah merasakan transisi kekuasaan damai di abad muda ini. Karena pada akhirnya, pesan itulah yang akan menyatukan Nusantara yang luar biasa ini, yang membentang dari Sabang sampai Merauke, penekanan bahwa setiap anak yang lahir di negeri ini harus diperlakukan sama, apakah mereka berasal dari Jawa atau Aceh, Bali atau Papua. Mereka adalah masyarakat Indonesia, yang diperlakukan sama.


Upaya tersebut meluas, Indonesia berperan di pentas luar negeri. Indonesia mengambil inisiatif untuk mendirikan Forum Demokrasi Bali, sebuah forum terbuka bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan pelatihan yang baik dalam pengembangan demokrasi. Indonesia juga berada di garis depan dalam mendorong ASEAN untuk lebih memperhatikan hak asasi manusia. Negara-negara Asia Tenggara harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri, dan Amerika Serikat akan sangat mendukung hak itu. Tetapi orang-orang Asia Tenggara juga harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Itulah sebabnya kami dikutuk dalam pemilihan di Burma yang mana tidak bebas dan adil. Itulah mengapa kami mendukung masyarakat sipil anda dalam bekerja di seluruh wilayah ini. Karena tidak ada alasan batasan negara dalam hal menghormati hak asasi manusia.


Itulah makna pembangunan dan demokrasi. Gagasan bahwa nilai-nilai tertentu adalah universal. Kemakmuran tanpa kebebasan hanya bentuk lain dari kemiskinan. Karena ada aspirasi bahwa manusia adalah makhluk yang berbagi. Kebebasan mengandaikan bahwa pemimpin anda bertanggung jawab kepada Anda, dan bahwa anda tidak akan dipenjara karena tidak setuju dengan mereka; kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan bekerja dengan kebanggaan; kebebasan untuk meyakini iman anda tanpa rasa takut atau pembatasan.


Agama adalah topik terakhir yang ingin saya sampaikan hari ini. Dan―seperti halnya demokrasi dan pembangunan―itu adalah kisah fundamental bagi Indonesia. Seperti negara-negara Asia lain yang saya kunjungi dalam perjalanan ini, Indonesia kental dengan spiritualitas, suatu tindakan di mana orang menyembah Tuhan dengan berbagai cara. Berjalan berdampingan dengan keberagaman tersebut, Indonesia juga menjadi rumah bagi penduduk muslim terbesar di dunia―suatu kenyataan yang saya ketahui sebagai ketika saya sewaktu kecil mendengar panggilan adzan untuk beribadah di seluruh Jakarta.


Individu tidak didefinisikan semata-mata oleh iman mereka. Tapi kita juga mengetahui bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan komunitas muslim telah membara selama bertahun-tahun. Sebagai presiden, saya telah membuat prioritas untuk mulai memperbaiki hubungan ini. Sebagai bagian dari upaya itu, saya pergi ke Kairo Juni lalu dan menyerukan sebuah babak baru antara Amerika Serikat dan dunia Islam di seluruh dunia.


Saat itu saya berkata, dan akan saya ulangi sekarang, bahwa tidak ada satupun pidato yang bisa membasmi ketidakpercayaan selama bertahun-tahun. Tapi saya percaya saat itu, dan saya percaya hari ini, bahwa kita mempunyai pilihan. Pertama kita memilih untuk didefinisikan oleh perbedaan, dan menyerah pada masa depan yang berisi kecurigaan dan ketidakpercayaan. Atau, kita dapat memilih untuk melakukan kerja keras membentuk tanah milik bersama, dan berkomitmen untuk terus mengejar kemajuan. Dan saya menjanjikan anda―tidak peduli apa hambatan yang mungkin akan datang―Amerika Serikat berkomitmen untuk kemajuan manusia. Itulah kami. Itulah yang telah kita lakukan. Itulah yang akan kita lakukan.


Kami mengetahui masalah yang telah menyebabkan ketegangan selama bertahun-tahun. Masalah itu telah saya bahas di Kairo. Dalam 17 bulan sejak pidato tersebut, ucapkan kami telah membuat beberapa kemajuan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. ListenPenduduk sipil tak bersalah di Amerika, Indonesia, dan di seluruh dunia masih menjadi target oleh kekerasan kaum ekstremis. Saya tegaskan bahwa Amerika tidak, dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam. Sebaliknya, kita semua harus bekerja sama mengalahkan Al Qaeda dan jaringan-jaringannya, yang tidak berhak mengklaim sebagai pemimpin agama apapun, apalagi agama besar dunia seperti Islam. Tetapi kita tidak boleh menyerah terhadap teroris yang berusaha menghancurkan dunia. Ini bukan tugas Amerika saja. Di Indonesia, anda telah membuat kemajuan dalam membasmi teroris dan memerangi kekerasan tersebut.


Di Afghanistan, kami terus bekerja dengan koalisi negara-negara untuk membangun pemerintah Afghanistan demi mengamankan masa depan rakyat mereka. Kepentingan kami bersama adalah membangun perdamaian di negeri yang dilanda perang. Perdamaian yang tidak memperbolehkan ekstremis untuk tumbuh, dan memberikan harapan bagi rakyat Afghanistan.


Sementara itu, kami telah membuat kemajuan pada salah satu komitmen utama kami, yaitu mengakhiri perang di Irak. Hampir 100.000 pasukan Amerika telah meninggalkan Irak dalam masa pemerintahan saya. Irak telah mengambil tanggung jawab penuh atas keamanan mereka sendiri. Dan kami akan terus mendukung pemerintahan inklusif di Irak.  Di Timur Tengah, kita telah dihadapkan pada sebuah kemunduran, tapi kami terus-menerus mengejar perdamaian. Israel dan Palestina memulai kembali pembicaraan langsung, tetapi tetap terkendala hambatan besar. Tidak ada yang bisa berpandangan bahwa perdamaian dan keamanan akan datang dengan mudah. Tapi tidak ada keraguan. Dua negara, Israel dan Palestina, dapat hidup berdampingan dalam damai dan keamanan. Itu adalah tujuan kami.


Saya percaya, sejarah Amerika dan Indonesia memberi kita sebuah harapan. Ini adalah cerita yang ditulis ke dalam motto nasional kita. Di Amerika Serikat, moto kami adalah E Pluribus Unum, beragam, satu. Seperti halnya Bhinneka Tunggal Ika, persatuan dalam keragaman. Kita adalah dua bangsa yang telah menjalani jalan berbeda. Namun, bangsa kita menunjukkan bahwa ratusan juta yang memiliki keyakinan berbeda dapat bersatu dalam kebebasan di bawah satu bendera. Dan kita sekarang membangun kemanusiaan bersama-sama, melalui para pemuda yang menjalani pertukaran pelajar, melalui hubungan pengusaha yang dapat menyebabkan kemakmuran; dan melalui nilai-nilai demokrasi yang mendasar dan aspiratif bagi manusia.


Sebelum saya datang ke sini, saya mengunjungi Masjid Istiqlal, tempat ibadah yang masih dalam pembangunan ketika saya tinggal di Jakarta. Saya mengagumi kubah Istiqlal yang menjulang tinggi, megah dan suasana yang ramah. Tapi, nama dan sejarahnya juga menceritakan mengenai apa yang membuat Indonesia hebat. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya menjadi bagian bukti perjuangan bangsa untuk kebebasan. Selain itu, Istiqlal merupakan rumah ibadah bagi ribuan muslim yang dirancang oleh arsitek Kristen.


Layaknya semangat bangsa Indonesia. Layaknya pesan filsafat inklusif Indonesia, Pancasila. Negara kepulauan yang berisi ciptaan Tuhan yang paling indah, pulau yang berada di atas samudera perdamaian, tempat di mana orang memilih untuk menyembah Tuhan yang diyakini mereka masing-masing, Islam berkembang, tetapi begitu juga agama lain. Pembangunan diperkuat oleh demokrasi. Tradisi masa lampau bertahan, tetapi sebagai peningkat kekuatan penggerak.


Itu tidak berarti bahwa Indonesia tanpa ketidaksempurnaan. Tetapi di Indonesia kita bisa menemukan keberhasilan dijembataninya berbagai ras dan agama. Sebagai anak dari ras yang berbeda dan datang dari negeri yang jauh, saya menemukan semangat ini dalam sambutan yang saya terima pada saat pindah ke sini: Selamat Datang. Sebagai seorang Kristen yang mengunjungi sebuah masjid pada kunjungan kali ini, saya menemukan itu dalam kata-kata seorang pemimpin (ulama) yang bertanya perihal kunjungan saya dan berkata, “Muslim juga diperbolehkan dalam gereja. Kita semua adalah pengikut Tuhan.”


Kesejukan itu terletak di dalam kita masing-masing. Kita tidak bisa menyerah pada keraguan atau sinis atau putus asa. Cerita dari Indonesia dan Amerika seharusnya membuat kita optimistis, memberitahu kita bahwa sejarah berada di samping kemajuan manusia, persatuan yang lebih kuat dari kelompok, dan bahwa orang di dunia ini dapat hidup bersama dalam damai. Semoga kedua negara kita dapat bekerja sama, dengan iman dan tekad, untuk berbagi kebenaran dengan seluruh umat manusia.


Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia, terima kasih. Assalamualaikum.(*)